Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fasilitator Belajar Tugasnya Siapa?

8 September 2022   23:19 Diperbarui: 8 September 2022   23:21 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada akhir-akhir ini sedang hangat-hangatnya mengupas tuntas tentang Implementasi Kurikulum Merdeka. Merdeka Belajar adalah sebuah konsep pemikiran dari tokoh Bapak Pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara. 

Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sangat masyhur dikenal oleh orang banyak adalah Ing Ngarso sung Tulodo, menjadi Pemimpin harus mampu memberikan teladan.  Ing Madyo Mangun Karso, seseorang yang berada di tengah bisa menjadi pemberi semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang yang berada di belakang memberikan dorongan moral dan semangat kerja. 

Jika mengupas tuntas perihal pemikiran bapak Pendidikan kita ini, sangatlah mendalam pemikirannya. Artinya dimana pun posisi kita maka kita siap menerima peran yang kita terima. Maksud dari pernyataan ini bahwa kita harus memiliki komitmen.

Kata komitmen jika mengacu pada KBBI V mengandung pengertian perjanjian (keterkaitan) untuk melakukan sesuatu. Komitmen juga identik dengan tanggung jawab. 

Perihal tanggung jawab terlebih pada pendidikan bagi anak menjadi tanggung jawab bersama orang dewasa di sekitar lingkungan anak itu tinggal. Orang-orang terdekat itu bisa Orang tua, keluarga inti, keluarga besar dan Guru. 

Orang tua adalah pendidik utama anak untuk mengenalkan nilai-nilai karakter budi pekerti sebagaimana yang sudah disampaikan oleh bapak Pendidikan yang viral saat ini. Pendidikan budi pekerti ini yang ditanamkan oleh Orang tua merupakan pondasi dasar anak untuk melangkah pada dunia pendidikan selanjutnya yang bernama sekolah. 

Nilai-nilai luhur keluarga akan terus menjadi pijakan seorang anak untuk menambah pemahaman dan wawasannya pada nilai-nilai karakter yang beragam. Dari keluarga lah anak mengenal apa itu yang baik dan buruk, boleh dan tidak boleh. Anak pun dikenalkan akan nilai agama yang membentengi dirinya tentang akhlak atau moral.

Tugas pendidikan seorang anak  berpindah dari lingkungan rumah ke lembaga pendidikan saat anak memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar seperti mampu mengendalikan emosionalnya itu merupakan pembiasaan yang dimulai dari lingkungan rumah. Anak memiliki emosi yang terkontrol karena pembiasaan dari rumah, bagaimana ketika anak menangis, tantrum saat dirinya tidak nyaman. 

Reaksi dari ketidaknyamanan anak berada di lingkungan baru akan muncul dan dari sini lah seorang Guru yang menjadi pendidik di sekolah rumah kedua bagi anak melakukan asesmen perkembangan moral perilaku anak. 

Waktu kebersamaan anak lebih lama berada di lingkungan keluarga dibandingkan dengan lingkungan sekolah. Sehingga muncul anggapan segalanya berawal dari rumah. Orang tua tidak hanya mengajarkan pendidikan moral semata, selain itu membantu anak untuk mengembangkan kemampuan potensi kecerdasan lainnya.

Guru sebagai fasilitator belajar di sekolah juga memiliki peran yang tak kalah penting. Sebagai fasilitator belajar siswa di kelas dengan berpatokan pada Merdeka Belajar harus bisa membuat perencanaan pembelajaran yang akan melejitkan potensi belajar semua siswanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun