Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Ada yang Sempurna di Bumi

18 Mei 2021   09:04 Diperbarui: 18 Mei 2021   09:17 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Silahkan tulis jawabanmu di papan tulis!"

Tanpa menolak, Arif langsung menuliskan cara menghitung beserta jawabannya. Siswa-siswa di ruangan memperhatikan dengan serius setiap angka yang ditulis hingga jawaban terakhir. Setelah selesai menuliskan jawaban, bu Wati meneliti jawaban yang ditulis Arif di papan tulis.

Satu menit berlalu, bu Wati tersenyum puas dan menyuruh siswa-siswa di kelas memberikan tepuk tangan yang meriah untuk arif. Seketika ruangan menjadi riuh dengan pujian, bukan canda tawa cemoohan seperti kemarin.

            "Anak-anak, silahkan jawaban di papan tulis disalin ya?"

Tanpa banyak bertanya, semua murid di kelas langsung mematuhi perintah bu Wati. Setelah mereka selesai menyalin, bu Wati menjelaskan proses berhitung mengenai luas jajar genjang. Mereka memperhatikan dengan seksama, ruangan hening dalam balutan ucapan bu Wati. Tanpa diduga beliau menyinggung kejadian kemarin.

            "Anak-anak, kemarin bu guru melihat kalian mengejek Arif karena tak mahir membaca puisi..."

            Semua murid menunduk, menyesal telah melakukan hal yang tak baik.

"...Hari ini kalian telah melihat, meski Arif tak mahir membaca puisi, namun dia pintar dalam hal lain, salah satunya pelajaran matematika. Beberapa hari sekolah di sini, ia tidak pernah pamer kepada kita semua jika ia adalah anak pandai yang rendah hati. Baru hari ini kita tahu bahwa ia adalah anak dengan tingkat kecerdasan luar biasa..."

 "Anak-anak, hari ini kita mendapatkan pelajaran bahwa setiap anak mempunyai keahlian dan juga memiliki kelemahan masing-masing. Tidak sepatutnya kita menghina orang karena tak ahli dalam bidang tertentu. Ingat, tak ada gading yang tak retak. Tidak ada yang sempurna di bumi ini, termasuk kalian dan bu guru, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semesta alam..."

"Tak patut bagi kita untuk menghina orang lain karena keterbatasan ilmu. Bisa jadi ada orang memiliki kelebihan pada suatu bidang, namun memiliki kelemahan pada bidang lain. Tugas kita adalah saling melengkapi agar bisa bersatu dalam kebaikan dan berguna bagi sekitar."

Bu Wati mengakhiri nasihatnya, semua murid merasa menyesal, lalu meminta maaf kepada Arif. Semenjak itu, tak ada lagi yang suka mengejek di kelas 4B. Semua murid hidup rukun dan saling menghormati perbedaan masing-masing. Mereka patuh akan nasihat bu Wati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun