Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Janji yang Harus Dilanggar

16 Februari 2021   07:27 Diperbarui: 16 Februari 2021   19:45 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ditinggal sendiri di rumah. (sumber: pixabay.com/Anemone123)

Terbayang betapa indah hidup bersama dan dipertemukan dengannya. Menjalani berbagai macam suka dan duka tanpa harus berpacu pada ego masing-masing. Sebuah pernikahan indah yang terbalut cinta tulus dengan pengorbanan tinggi, agar kasih sayang tak lekang oleh waktu dan...

"Duar!!!"

Di atas lautan pesawat yang ditumpangi Deva jatuh dengan kecepatan tinggi, tak heran jika beberapa bagian dari pesawat hancur-lebur dan tenggelam. 

Tubuh Deva seketika kaku, matanya terbelalak, dan napasnya terhenti karena kehabisan oksigen. Semuanya menjadi gelap, segelap malam tanpa cahaya rembulan.

*****

Dua minggu telah berlalu, lagi-lagi Septi menyeka air matanya. Ia tatap kembali foto-foto suaminya.

"Kamu seorang pembohong ulung mas. Sebuah janji yang kamu ucapkan tidak akan pernah kamu tepati. Janji itu harus dilanggar karena taqdir mengharuskan kita berpisah."

Septi memegang perutnya yang telah membesar, seminggu lagi ia akan melahirkan anak laki-laki tanpa seorang ayah. Ia akan mengarungi pahitnya hidup bersama anak satu-satunya, melawan ketidakmungkinan hidup, serta mengalahkan ketidakmampuan dalam kesendirian.

Berita televisi masih menyiarkan berita tenggelamnya pesawat yang ditumpangi Deva, masih ada beberapa jenazah belum ditemukan termasuk Deva. Septi menarik napas panjang, kedua tangannya memegang perut yang bucit.

"Nak, apa pun yang terjadi, kita akan melewatinya bersama-sama. Tak perlu takut melawan dunia, ibu yakin bahwa ayah selalu bersama dalam setiap langkah dan perjuangan kita. Kelak kita akan berkumpul lagi di surga."

Seketika perut Septi menendang, sebuah isyarat bahwa kandungannya akan lahir ke dunia dengan penuh keberanian, melawan dunia dan melawan waktu, meski dengan cucuran air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun