Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadan Berdarah

23 Mei 2020   05:18 Diperbarui: 23 Mei 2020   05:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang berbuka puasa, semua jamaah berkumpul di dalam masjid, mendengarkan tausiyah salah seorang guru besar sejarah disebuah universitas yang berada di sekitar gurun pasir. Guru itu bernama Profesor Daqiq. Menurut kabar yang beredar, ia adalah seorang pemikir kontroversial. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa seperti koran, majalah, dan jurnal. Isu-isu yang dia angkat seputar sisi gelap dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dan dinasti Utsmaniyah.

                Banyak agamawan yang telah memvonis ia sesat, bahkan beberapa dari mereka telah mengeluarkan fatwa halal darah dan jiwanya untuk dibunuh. Banyak serangan dan teror tak membuatnya takut. Ia semakin aktif menulis dan mengisi diskusi di berbagai forum nasional. Pernah suatu ketika saat mengadakan dialog interaktif di sebuah universitas, sekelompok orang menghentikan dan membubarkan kegiatan itu. Beberapa dari mereka bahkan menghancurkan fasilitas di ruangan diskusi. Beruntung, Profesor Daqiq segera diamankan panitia penyelenggara. Ia dibawa ke luar ruangan dan langsung diantarkan pulang dengan menggunakan mobil.

                Tak lama kemudian sekelompok orang anarkis itu ditangkap polisi. Mereka dimintai keterangan mengenai motiv dan alasan melakukan perbuatan vandal di kampus tersebut. Sayang mereka tak mau menjawab, sehingga proses interogasi berjalan keras. Beberapa kali polisi membentak dan mengeluarkan kata makian agar mereka mau berkata jujur. Hingga akhirnya mereka berkata apa adanya bahwa mereka hanyalah suruhan dari salah seorang tokoh masyarakat. Mereka dibayar agar mau melakukan apa yang ia perintahkan.

                Polisi segera melacak orang yang dituju, tak memerlukan waktu 24 jam orang itu tertangkap basah di rumah. Menurut keterangan tersangka, ia melakukan tindakan itu karena merasa resah dengan opini Profesor yang dianggap menyimpang dari logika umum. Setelah itu, polisi menahannya. Esok hari akan diadakan pemeriksaan lanjutan.

                Kali itu Profesor Daqiq beruntung, orang yang mengancamnya segera ditindak tegas polisi. Sekarang, ia berdiri di mimbar menyampaikan pikiran-pikiran kontroversialnya di masjid. Dengan berani, ia berkata:

                "Sejarah yang kita terima penuh dengan distorsi. Banyak yang ditulis sesuai dengan kepentingan penguasa. Oleh karena itu, sejarah perlu ditulis ulang dengan pendekatan yang lebih objektif dan menguntungkan manusia di berbagai belahan dunia secara umum."

                Ia melanjutkan dengan berapi-api:

                "Sejarah yang kita terima juga penuh dengan jejak darah dari para penguasa. Isinya hanya perang dan intrik politik untuk melanggengkan kekuasaan. Maka, perlu dilakukan kriktik sejarah. Upaya-upaya itu harus segera kita lakukan. Mengapa? Karena sejarah adalah cerminan sebuah peradaban. Jika sebuah negara mempunyai sejarah gemilang, maka akan tercermin pula  peradaban unggul. Sebaliknya, jika sebuah negara mempunyai borok sejarah, maka bisa dipastikan bahwa negara itu mempunyai peradaban hina.

                Beberapa jamaah tampak manggut-manggut, namun banyak pula yang mengernyitkan dahi. Sebuah pertanda ketidaksetujuan atas opini yang disampaikan Profesor Daqiq. Lima belas menit lagi azan maghrib akan dikumandangkan. Jamaah yang datang semakin banyak, masjid tampak sesak, beberapa orang tampak berdiri di luar sembari mendengar uraian sang profesor.

                Masjid itu semakin panas dan pengap. AC di ruang dalam tak mampu mendinginkan para jamaah yang sedang duduk khusuk mendengar ceramah. Bulir-bulir keringat mengucur deras dari dahi mereka, beberapa orang sibuk mengipas kepala dengan sobekan kertas yang dibawa.

                Profesor Daqiq sebenarnya juga kepanasan, namun saking semangatnya berceramah di atas mimbar, ia lupa bahwa sebentar lagi akan dikumandangkan azan maghrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun