Tiga orang berbadan kekar mengerubungiku. Mereka memaksa, agar aku mau menyalin tugas-tugas sekolah mereka yang belum selesai. Tentu saja aku tidak mau. Parahnya, mereka semakin berang kepadaku. Dua orang memegang tangan kanan dan kiriku. Satunya lagi yang menjadi pentolan, berdiri di depan dan melepas bogemnya ke arah perutku.
      "Rasakan!"
      Ketika pukulan itu mengarah ke perutku, seketika itu pula dunia serasa berhenti berputar. Betapa kuatnya pukulan itu hingga aku duduk terjatuh sambil mengaduh kesakitan. Kamar mandi sekolah menjadi saksi bisu, bahwa orang lemah sepertiku tak akan pernah mampu melawan mereka yang gemar menindas sesama demi kepentingan sesaat.
      "Ayo bangun!"
      Pemuda yang memukul, menyuruhku bangun sambil membentak. Aku masih meringkuk kesakitan. Kaki, tangan, dan seluruh tubuhku kaku tak bisa bergerak. Pemuda itu kesal, lalu menyuruhku bangun untuk kedua kalinya.
      "Ayo bangun!!"
      Kali ini suaranya lebih tinggi. Senyumnya dingin. Dia memerintahkan dua orang temannya untuk memapahku hingga aku berdiri. Kakiku gemetar, hampir-hampir aku pipis di celana. Melihat aku yang begitu ketakutan, mereka tertawa terpingkal-pingkal, tak lupa makian dan umpatan melayang dari mulut-mulut kotor mereka.
      "Makannya, enggak usah macem-macem. Begini akibatnya kalau kamu berani dan enggak mau nurutin kemauan kita." Ujar salah seorang diantara mereka.
      Sekali lagi, pukulan mampir di perutku yang dari pagi belum terisi nasi. Untuk kedua kalinya aku terjatuh, dan kali ini perutku benar-benar sakit bagaikan ditusuk ratusan jarum. Tanpa belas kasihan mereka menghampiriku.
      "Ini penawaran terakhir, kamu mau nyalin tugas kita enggak?"