Mohon tunggu...
Addi Arrahman
Addi Arrahman Mohon Tunggu... Dosen - Direktur Eksekutif Bersama Institute/ Dosen UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi

Membaca, menulis dan mengajar adalah jalan menuju bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Ulang Tahun Mahyuddin Dt. Sutan Maharaja (27 November 1860-24 Juni 1921)

27 November 2020   06:49 Diperbarui: 27 November 2020   06:57 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahyuddin Dt. Sutan Maharaja (Dok. pribadi)

Soenting Melajoe merupakan surat kabar perempuan pertama di Sumatra. Suara SM tidak hanya memengaruhi perempuan di Minangkabau, tetapi juga di seantero tanah Andalas. Ia menjadi media pertama bagi kaum perempuan mengekspresikan kebebasan dan imaji mereka tentang “kemajuan”. Melalui SM juga, kaum perempuan saling membangun kesadaran terhadap pentingnya pendidikan. Tidak hanya itu, keberadaan SM juga membentuk kesadaran akan pentingnya keterampilan, seperti tenun, anyam, dan lainnya. Dengan itu, kaum perempuan meningkatkan kesejahteraannya.

`Penting diketahui, sejak 1909, Dt. Sutan Maharaja bersama istrinya, Siti Amrin, telah mendirikan Sekolah Tenun khusus Perempuan. Gurunya perempuan Sulit Air yang ahli bertenun. Sebelumnya, di tahun 1907, dia mendirikan Kerajinan Minangkabau Laras Nan Duo. Pada tahun 1912, dia menjadi inisiator terbentuknya Kerarinan Andeh Setia, Kakak Saiyo, dan Andeh Sakato. Melalui pusat-pusat kerajinan inilah, Dt. Sutan Maharaja boleh dikatakan sebagai penggerak ekonomi perempuan pada awal abad ke-20 di Minangkabau.

Ket: berita peringatan ulang tahun Dt. Sutan Maharaja ke-50 di surat kabar Soenting Melajoe, No. 22, Hari Sabtoe 30 November 1912 (Dok. pribadi)
Ket: berita peringatan ulang tahun Dt. Sutan Maharaja ke-50 di surat kabar Soenting Melajoe, No. 22, Hari Sabtoe 30 November 1912 (Dok. pribadi)

The Father of Malay Journalism

Lebih dari seporah hidup Mahyuddin Dt. Sutan Maharaja dihabiskan untuk menghidupkan pers di Minangkabau. Bahkan, menjelang ajal menjemput pada 24 Juni 1921, dia masih terlibat aktif dalam proses penerbitan surat kabarnya. Cerita tentang Minangkabau tentu akan berbeda, bila Dt. Sutan Maharaja tidak hadir dengan surat kabarnya: Oetoesan Melajoe, Soenting Melajoe, dan Soeloeh Melajoe. Cukup beralasan bial B.J.O Shrieke menyebutnya sebagai The Father of Malay Journalism; Bapak Pers Melayu.

Sekalipun hari pers nasional dinisbatkan pada lahirnya surat kabar Medan Priaji (1907) yang dibengkeli oleh Tirto Adhi Soerjo (banyak kritik terhadap penetapan ini), namun kita patut mengenang dan mengambil pelajaran dari perjuangan Dt. Sutan Maharaja. Visi kemanusian dan pembelaan terhadap hak adat, budaya dan hak perempuan adalah bentuk perlawanan Dt. Sutan Maharaja terhadap “kolonialisasi”.

Pada hari kelahirnya yang ke-160 tahun ini (27 November 1860 – 27 November 2020), ulasan singkat ini sengaja saya tulis untuk mengenang perjuangannya dalam mengobarkan semangat kemajuan di tanah Minangkabau.

Jambi, 27 November 2020

Addiarrahman Malin Batuah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun