Mohon tunggu...
Suardi Manyipi
Suardi Manyipi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Protektif. Kadang kadang tak rasional

Journalist Membaca dan menulis adalah dua hal yang harus selalu beriringan dan kini lagi semangat2nya belajar SEO di www.masmedia.xyz

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enam Tahun Lamanya Menahan Gatal (1)

25 Juli 2019   13:38 Diperbarui: 25 Juli 2019   14:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

0 Advanced issues found▲ 
SUNGGUH berat penderitaan yang sudah dijalani, Suhardi. Hampir enam tahun lamanya, ia terpenjara di dalam gubuk.

Bukan disekap atau dipasung. Ia hanya mengidap penyakit kulit.

Sakit? Tidak. Ia sehat-sehat saja.

Ia bisa makan juga minum seperti kondisi orang sehat pada umumnya. Hanya saja, penyakit kulit itu yang membuatnya tampak sakit. Padahal, tidak.

Tetapi, andaikan ia tidak segera ditangani. Bisa saja, pemuda yang baru berusia 21 tahun itu tewas. Beruntung, ia bisa menghubungi Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan di istagramnya kala itu, sehingga ia bisa dirawat.

Syukur. Bukan sembarang orang yang merawatnya. Ada perawat spesial penyakit kulit yang sudah lama mengabdikan hidupnya di RSUD Syekh Yusuf, Gowa, Sulawesi Selatan.

Orangnya cantik juga Imut. Baik hati. Namanya, DR. Dr. Muji  Iswanty, SH,MH,SpKK, M.Kes. Kata Suhardi, orangnya baik hati. Bahkan siap menjaganya. Menjaminnya. Atas semua kebutuhannya selama dirawat.

Namun, tulisan ini tidak untuk membahas siapa dokter cantik itu. Siapa Adnan Purichta Ichsan itu. Namun, bagaimana Suhardi menjalani hidup. Bertahan hidup melawan penyakit kulit itu.

Sebab, derita Suhardi sungguh diluar akal sehat. Ia mampu bertahan hidup di dalam gubuk selama enam tahun dengan gatal yang menjalar setiap waktu. Setiap detik. Tanpa ampun.

Belum lagi, gubuk peninggalan neneknya, almarhumah Dg Nari (90) itu. Yang meninggal pada 2013 silam itu kondisi dinding papannya sudah rapuh juga atap seng yang sudah bolong-bolong.

Sebenarnya, kata pemuda kelahiran Gowa di Kampung Palompong, Dusun Pabbentengan, Bajeng itu, ia pernah putus asa. Nyaris bunuh diri. Beruntung masih punya sedikit iman. "Bunuh diri itu dosa," katanya, Mei 2019 lalu saat dijumpai di rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun