Mohon tunggu...
A Makatita
A Makatita Mohon Tunggu... Ojol

Tidak ada yang istimewa, hanya sebuah kepastian untuk tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Eco dan Volt

25 April 2025   12:20 Diperbarui: 25 April 2025   15:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bila kau makan, beri makan juga anjing-anjing yang mengganggu makanmu, meski mereka menggigitmu," Volt mengutip nasehat Zarathustra.

Meski demikian nasehat yang dikutip itu, tidak ada kaitannya sama sekali. Kalau pun berkaitan dalam kisah ini, ia belum sampai pada percakapan demikian. Maka tetaplah menelusuri apa yang sudah kau baca, sebelum sebentar lagi kau tak dapat membacanya.

Nasehat itu akan terurai sedemikian rupa bila waktu untuk menentukan kemana kehidupan harus dilalui supaya tetap bertahan? Boleh jadi akan seperti lakon kehidupan tak tentu arah, maka makanlah selagi memang kau tak disuru berhenti melelahkan rahangmu.

Hari hampir sore ketika kami mampir di sebuah warung kecil milik warga setempat, desa anyar, kabupaten kawakan. Aku, Eco dan Volt. Kami bertiga baru saja selesai berendam dalam air asin di pantai Galela. Usai itu pulang dan mampir di situ, warung.

Kami mengambil duduk di bagian pojok warung, memesan tiga gelas kopi, sembari coba bercakap cakap perihal apa saja yang ada dalam kepala kami. Percakapan dimulai dari Eco, ia bercerita bagaimana memahami pikiran pikiran seperti Ferdinand De Sausure, atau Rolan Baters, lalu ia buat dalam catatan dan menciptakan karya karya nyentrik, jenaka dan nakal. 

Seperti sebuah karya yang ia tulis  berjudul Salah Baca, merupakan sehimpun esay yang dibuat untuk memparodikan tulisan-tulisan yang pernah ia baca. Eco begitu antusias bercerita ---sampa kami lupa kalau kopi yang dipesan sudah diantarkan penjaga warung, ditaruh di atas meja papan beralaskan piring kecil pada setiap gelasnya--- apa pula dalam menulis. Baginya, selama menulis tidak pernah dilarang, maka jangan pernah untuk tidak menulis.

"Dalam buku itu, ada beberapa judul esay yang perlu kalian berdua baca," katanya pada kami sembari mengambil kopinya lalu dicecap perlahan.

"Sebab, lanjut Eco, kalian akan temukan betapa genitnya penulis penulis masa lampau yang lihai menulis soal soal seksualitas (pecabulan, sodomi, dan semacamnya) dan itu menjadi satu tragedi kehidupan yang bagi saya paling sial," lanjutnya penuh antusias.

"Tapi apakah memang harus demikian ya, untuk karya dibaca orang unsur seks harus ada atau sepertia apa?" Tanya Volt.

"Tidak juga, terpenting adalah memahami alur apa yang mau ditulis, lalu silahkan masukan unsur apa yang menurutmu pasti menarik perhatian pembaca," jelas Eco.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun