Mohon tunggu...
A Damanhuri
A Damanhuri Mohon Tunggu... Jurnalis - Gemar bersosial dan penikmat kopi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Mengucapkan sebuah kata sejati, adalah mengubah dunia. Dalam kata ditemukan dua dimensi: Refleksi dan Tindakan". (Paulo Freire)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita dari HPN Banjarmasin, Ikhlas Bakri Melabrak Segepok Buku Kebawa

15 Februari 2020   00:02 Diperbarui: 15 Februari 2020   00:14 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua PWI Pariaman Damanhuri dan Ikhlas Bakri membelakangi Menara Pandang, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Foto dok Idham Fadhil

Apa yang disampaikan Gusfen Khairul benar adanya. Setelah penat berjalan, dan nyaris mengelilingi kawasan Pasar Terapung, yang namanya warung nasi Padang tak bersua. Akhirnya, kami bersua warung nasi tak jauh dari penginapan. Malam mulai larut, selera makan pun berkurang karena ngantuk dan lelah tak bisa pula beranjak dari badan.

Bersua Humas SKK Migas Sumbagut di Bandara Syamsudin Noor. Foto dok Idham Fadhil
Bersua Humas SKK Migas Sumbagut di Bandara Syamsudin Noor. Foto dok Idham Fadhil
Hafal seluruh kampung

Adalah Ikhlas Bakri. Mantan Ketua PWI Padang Pariaman dan Kota Pariaman dua periode ini membuat perjalanan jadi enak dan menyenangkan. Di samping dia suka melawak, banyak cerita, dia juga hafal nama-nama kampung. Dan sedikit pandai pula berbahasa daerah yang disebutnya.

Dengan ini, orang yang ditanyanya merasa susah untuk mengelak, dan malah meyakini kalau kampungnya memang berdekatan dengan kampungnya Ikhlas Bakri.

"Ini yang di depan jalan itu, dan terus di ujungnya ketemu dengan jalan ini, dan seterusnya," begitu Ikhlas untuk memecah kesunyian dalam mobil, memulai dialognya dengan sopir. "Di mana aslinya, Bang," tanya Ikhlas.

"Saya Solo, misalnya jawab sang sopir. Ikhlas langsung menambahkan, kalau dia orang yang kampungnya dekat dari Solo itu. Dia sebutlah tempat ini dan itu, serta lokasi lain yang kemungkinan sopir itu tahu dengan hal yang disebutnya.

Tiga wartawan Piaman foto besama dengan Kasid Kominfo Padang Pariaman Zahirman usai minta SPPD. Foto dok Suindra
Tiga wartawan Piaman foto besama dengan Kasid Kominfo Padang Pariaman Zahirman usai minta SPPD. Foto dok Suindra
Begitu pula saat diskusi dan berkenalan dengan wartawan daerah lain. Ikhlas tak pernah kehilangan akal untuk ingin bisa dekat dan akrap dengan orang bersangkutan. Apalagi kalau bersua dengan orang yang memang kenal dan sudah lama tak jumpa, cerita akan lain. Bisa dia berlama-lama, membuka cerita inilah dan itulah.

Itulah barangkali ciri khas seorang Ikhlas Bakri. Orangnya banyak teman dan kenalan. Luas jaringan dan jangkauan. Barangkali tema HPN kali ini; Menggelorakan Kalimatan Selatan sebagai Ibu Kota Negara akan membuat Ikhlas Bakri lebih leluasa berselancar, mengkalkulasikan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, bila Ibu Kota Negara telah berada di Kalimatan Timur, seperti yang sudah dicetuskan Presiden Joko Widodo.

Ketua PWI Kota Cilegon, Banten Adi Adam dan Sekretaris PWI Jambi, Kasparman. Keduanya adalah anak nagari di Padang Pariaman berbincang dengan Kadis Kominfo Padang Pariaman Zahirman. Foto dok Idham Fadhil
Ketua PWI Kota Cilegon, Banten Adi Adam dan Sekretaris PWI Jambi, Kasparman. Keduanya adalah anak nagari di Padang Pariaman berbincang dengan Kadis Kominfo Padang Pariaman Zahirman. Foto dok Idham Fadhil
Bagi Ikhlas Bakri tak ada urusan yang tidak bisa di selesaikan. Semua bisa dilakukannya. Contoh kecil, saat minta tanda tangan SPPD ke Panitia Nasional HPN, kita hanya dikasih buku satu seorang oleh yang memberi tanda tangan, Ikhlas Bakri langsung melabrak ini, dan akhirnya kami bisa membawa segepok buku yang diterbitkan Panitia HPN Bajarmasin.

"Hebat, Ketua," kata saya. "Oh, kalau soal (mengurus berbagai hal) itu sudah lama saya hebatnya," jawab dia. Jawabnya itu membuat kita geli dan tak tahan ketawa kadang-kadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun