Mohon tunggu...
Adam Afrixal Sinuraya
Adam Afrixal Sinuraya Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Penulis Biasa

Seorang pelajar seumur hidup. Saya ingin berbagi pemikiran dan pengalaman saya lewat berbagai hal. di kompasiana saya ingin belajar menulis lebih lanjut. https://www.adamafrixal.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kok Penipuan Konyol Masih Laku di Indonesia?

30 Maret 2020   06:30 Diperbarui: 30 Maret 2020   06:34 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Indonesia sering kali muncul kasus penipuan yang mengejutkan bagi publik karena modus modus nya yang dianggap konyol. Misalnya saja beberapa tahun lalu mencuat kasus yang membawa nama Gatot Brajamusti, seorang pria yang mengaku sebagai guru spiritualitas dia dipercaya bisa menyembuhkan orang orang sakit yang ingin berobat dan akhirnya di mendapatkan hukuman 20 tahun penjara atas 3 kasus yakni kasus kepemilikan narkoba, kasus asusila dan kasus kepemilikan senjata api dan satwa liar yang dilindungi.

Gatot melakukan penipuan yang berujung pada kasus pencabulan di mana korbannya mengaku diajak berhubungan intim sebagai bagian dari ritual spiritualitasnya. Ia juga mengaku memberikan Makan jin berupa suatu zat yang disebut aspek yang ternyata ketika diselidiki adalah narkoba.

Masih ingat kasus Dimas Kanjeng, ia mengaku sebagai Sultan Agung yang dapat menggandakan uang. Dimas Kanjeng didakwa telah melakukan penipuan terhadap korban yang bernama Nazwa. korban tergiur menjadi santri di padepokan Dimas Kanjeng karena diiming-imingi uangnya akan digandakan uang, namun tidak pernah tergandakan  dan Akhirnya dia pun melaporkan Dimas Kanjeng ke polisi.

Ada lagi andriyono, lelaku yang berasal dari Ambon mengaku sebagai seorang Kyai dia berhasil memperdayai korban dan mendapatkan uang dari korban-korbannya. Dan kasus terbaru adalah mengenai seorang Ustadz yang bernama Ustadz Bangun Samudra, yang mengaku sebagai seorang mualaf mantan pastor dan lulusan S3 Vatikan Padahal di Vatikan tidak ada Universitas

Dari kasus-kasus ini kali ini akan mengupas Bagaimana otak manusia bekerja. Apa yang membuat otak manusia rentan terhadap informasi bohong dan penipuan yang kelihatannya konyol. 

Karyawan benci sama direkturnya tinggal ngomong apa gitu mau angkat teleponnya Selamat pagi Pak jadi tata krama etika dalam menyampaikan hal ini sesungguhnya supaya kita bisa bekerja sama .

Bagaimana otak kita bekerja itu bisa istilahnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia manusia itu sebagai organisme hidup sama dengan organisme hidup yang lain sehingga emosi dalam evolusinya rumus itu dalam evolusinya rentang evolusinya kita mempunyai rasional itu baru tapi emulsi itu jutaan tahun.

bahkan pada manusia sendiri yang kurang lebih hidup 350000 tahun pengetahuan itu penting orang itu tidak pernah belajar kalkulus itu ribuan tahun tetap hidup itu nenek moyang kita itu pengumpul atau tidak perlu itu ilmu ilmu dasar biologi organisme itu apa ilmu dasar fisika ia misalkan pesawat sederhana pengungkit itu Tapi kan dari pengalaman-pengalaman bahasa sehari-hari.

Sumber pengetahuan manusia ribuan tahun itu didasarkan kepada individu-individu yang berotoritas. Tidak tahu yang mana benar, mana yang salah. Ribuan tahun lalu manusia hidup itu jika bertanya sesuatu, dia akan ke kepala suku, dukun, ahli vodoo, atau pendeta.

Ini disebut Authority based truth, atau kebenaran yang didasarkan atas otoritas. Kebenaran itu tergantung Siapa yang ngomong. Nenek moyang kita ratusan ribu tahun Hidup itu tidak mengandalkan pengetahuan ilmiah, tapi kecerdasan emosi.

Itulah  kenapa orang lebih gampang percaya pada sebuah daripada informasi yang benar karena kepentingan untuk hidup itu melebihi apapun. otak kita berkembang bukan untuk merespon mana yang benar dan mana yang salah, tapi merespon juga mana yang lebih memungkinkan kita untuk bertahan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun