Mohon tunggu...
Andika Firmansyah
Andika Firmansyah Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Pengarang puisi yang akan mahsyur

Tanyakan pada Tuhan tentang saya lewat doa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tuhan Menulis Takdir, Dendi Mendapat Karma

11 Juni 2020   20:52 Diperbarui: 11 Juni 2020   21:06 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muncul dari kegelapan perlahan tampak raut rupa cahaya dan seolah berkata, "ini adalah karma".

"Tidaaaakk!", Dendi berteriak sambil terjaga dari tidurnya. Sepertinya ia mimpi buruk. Lalu duduk di kasur dan menatap ke arah timur laut, menerobos pandangan ke celah jendela. 

"Karma? Apa itu karma?" gumamnya dalam hati. Dengan tubuh yang masih terkulai Dendi berusaha untuk meraih pena dan buku hariannya di meja sebelah tempat tidurnya.

"Mimpi itu sungguh membuat aku bertanya." tulisnya dalam buku itu. Baru sebait tulisan itu kemudian detik berdetak, sunyi mulai berteriak. "Apa ini? aku dihakimi oleh perasaanku sendiri", sekali lagi ia bicara dalam hati. Sepertinya pikirannya sedang bergulat di dalam degupan jantung yang kacau.

Memang belakangan ini Dendi selalu mendapat kemalangan. Awalnya ia merasa hal tersebut hal yang lumrah terjadi pada setiap orang. Namun, lama-kelamaan hal itu mulai membuat ia seperti kehilangan akal. Selalu dihantui pikiran bahwa hal buruk lainnya pasti akan datang menghampirinya. Puncaknya adalah hari itu, di mana ia mendengar kata "karma" di dalam mimpinya.

Yang terlintas adalah Tuhan telah menghukumnya, ini balasan atas perbuatannya. Di sisi benaknya yang lain ini memang sudah takdir. Lantas karma itu apa? Kenapa Dendi sebegitu cemasnya dengan kata itu? Memang apa yang telah ia perbuat di masa lampau? Timbul banyak pertanyaan, tapi sungguh tidak ada jawaban.

Tak lama Dendi merobek selembar kertas yang baru terisi sebait rasa bingung. Berlanjut dengan meremas kertas itu lalu membuangnya ke tempat sampah. "Apa yang telah kau tanam maka itulah yang akan kau tuai", terdengar suara berbisik namun terasa memekik. Seketika terdiam, tubuh terasa kaku, merinding. Kenapa suara itu muncul lagi? Apa rumah ini berhantu? Dendi pun seolah berada di batas ruang dan waktu. Ia diajak bersafari ke masa lalu.

"Inikah kesalahan itu? Apa ada yang lain?" Dendi berkata dalam hati. Memang tak banyak kesalahan yang dilakukan Dendi di masa lalu. Tapi kenapa seketika terlintas dalam pikirannya bahwa ini adalah karma? Apakah Tuhan itu pendendam? Tidak, Tuhan hanya menulis sebuah catatan. Apa yang akan kamu alami dan apa yang tidak akan kamu alami itu sudah Tuhan goreskan dalam kertas yang terbuang bersama keyakinanmu terhadap-Nya.

Dendi hanya kehilangan keyakinan, dia hanya perlu memungutnya lagi. Takdirnya tidak akan berhenti ditulis sampai ia mengakhiri hidupnya pada simpul tali. Selama ini kecemasannya tentang balasan akan perbuatannya dulu yang menjadi beban. Ia takut masa bersenang-senangnya telah habis dan bergilir menjadi kemalangan. Ya, karma, dalam tafsiran sempit seorang Dendi.

"Saya hanya berpikir bahwa saya telah mendapatkan segalanya. Saya telah mendapatkan kebahagiaan dengan cara saya dan akhirnya saya mendapatkan kemalangan melalui sebuah karma," tulisan terakhir Dendi pada sebuah Jurnal hariannya.

Hal yang tak disangka oleh Dendi adalah bahwa setiap tindakan yang dikerjakannya di masa lalu itu menentukan nasibnya di masa depan. Tapi yang Dendi alami bukanlah karma melainkan takdir Tuhan. Ini yang hilang dalam keyakinan Dendi. Ia lupa bahwa hidup itu rotasi, terkadang senang terkadang malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun