Mohon tunggu...
Aditya Dwiki
Aditya Dwiki Mohon Tunggu... Konsultan - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Superman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Lumpur Sawah dari Kaki Anak Muda

21 September 2021   15:21 Diperbarui: 21 September 2021   15:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wajah laki-laki muda berkulit putih itu tertunduk lesu. Suaranya terdengar sedikit sendu dan melemah.

"Papah meninggal dunia sewaktu saya masih sekolah. Karena papa sudah meninggal, saya memutuskan cukup lulus SMK saja dan bekerja membantu mama," ujar Beri Tohari, Jumat siang.

Keputusan Beri untuk bekerja ternyata di luar dugaan. Termasuk mama serta saudara-saudaranya. Beri memilih menjadi petani di kampung halamannya, Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya, Karawang, Jawa Barat.

Bukan keputusan yang mudah bagi Beri menentukan pilihan pekerjaan menjadi petani. Apalagi untuk anak muda seusianya. Beri baru berusia 33 tahun.

"Jadi petani tidaklah gampang. Apalagi untuk anak-anak muda. Banyak yang memandang remeh, sampai disepelekan. Jadi petani bagi anak muda itu bukanlah pekerjaan yang diinginkan," ucap Beri.

Ikhtiar Beri menjadi petani adalah garis perjalanan berliku. Ia harus siap menjauh dari dunia 'gaulnya' anak muda. Berganti baju yang kotor dan kaki berlumur lumpur sawah.

Nelangsanya, Beri justru kerap diledek rekan-rekan anak muda di kampungnya. Ada orang-orang yang tidak yakin Beri bakal mampu mengelola sawah pertanian miliknya. Beri dianggap menentukan profesi yang salah sebagai anak muda.

Awal menjadi petani, Beri mengaku sering berjalan menunduk ketika lewat di depan kawan-kawan muda kampungnya. Bahkan: sesekali harus berjalan memutar lebih jauh agar bisa pulang ke rumahnya demi menghindari 'bisik-bisik tetangga' yang membicarakannya sebagai petani.

Mental Beri benar-benar diuji. Tak hanya lelah fisik, namun juga nurani maupun pikiran. Kondisi keluarga, keputusan harus bekerja, ejekan, sikap tidak percaya dari lingkungan sekitar, berkelindan dalam kenyataan hidup dialami Beri.

Namun Beri telah mantap memilih karier sebagai petani. Semua itu adalah ujian menuju sukses dalam prinsip Beri. Baginya: kaki berlumpur adalah jejak yang ditinggalkan menuju kesuksesan. Meski terpaksa tidak dapat banyak waktu menikmati gemerlap hidup anak muda.

Beri Tohari bangkit. Ia sadar tidak boleh terus larut dalam fakta sosial terkait pilihan dirinya menjadi petani. Sawah pertanian peninggalan almarhum papanya harus diteruskan dikelola secara baik. Jangan sampai sia-sia dijual, seperti niat awal mamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun