Mohon tunggu...
Aditya Dwiki
Aditya Dwiki Mohon Tunggu... Konsultan - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Superman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Dianggap Kurang Waras, Ciptakan Biogas

13 September 2021   12:42 Diperbarui: 13 September 2021   13:06 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetesan peluh turun dari kening Bang Joni. Begitu ia dikenal dan biasa disapa. Lelaki paruh baya yang menetap di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Usianya belum genap separuh abad.

Tubuhnya yang 'tambun' dan berkulit sedikit legam akan mengesankan Bang Joni sosok pribadi yang 'galak'.

Tapi persepsi itu semua luluh saat kita telah berbincang dengan Bang Joni. Kerap candaan serta tawa mencuat dari Bang Joni.

"Hahaha, saya ini dulu petani, lalu biasa kerja dengan kotoran hewan supaya bermanfaat untuk masyarakat, alam, lingkungan dan bangsa," ujar Bang Joni, Sabtu pekan lalu.

Sinar matahari siang yang makin meninggi membuat keringat Bang Joni makin banyak mengucur. Meski tempat duduk Bang Joni dapat dianggap lumayan teduh.

Namun, peluh Bang Joni juga menjadi lambang gerak perjuangannya selama ini untuk meningkatkan keberhasilan petani di Pontianak secara khusus maupun Kalimantan Barat lebih umumnya.

Bang Joni juga adalah orang yang menetapkan dirinya untuk ikut menjaga alam maupun lingkungan agar tetap terjaga bersih serta lestari.

Ia mendedikasikan pikiran dan tenaganya agar lingkungan Nusantara dapat berkelanjutan.

Lengan Bang Joni yang gempal adalah 'perkakas' awal baginya untuk mengubah kotoran ternak dengan bau menyengat dan menjijikkan menjadi sumber energi terbarukan Biogas.

Dulu, Bang Joni tidak merasa segan, mencari dan menampung kotoran hewan ternak. Bang Joni tidak merasa malu meski bekerja sendirian dengan aroma yang tidak mengenakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun