Mohon tunggu...
Acik  Wesa
Acik Wesa Mohon Tunggu... Penulis - Manusia merdeka

Pantang Tunduk sebelum tanduk

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Simbah Darah di Ladang Nafkah

16 September 2020   00:08 Diperbarui: 16 September 2020   00:59 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marsel, Korban Penikaman (Sumber//Facebook,Muhamad Jarot)

Siapa mampu menahan pilu manakala sosok tubuh manusia berlumuran darah? Apalagi Simbah darah tanpa kata dan pamit. Hanya duka lara membara menyelimuti sanubari sahabat, keluarga, istri dan anak. 

Air mata bercucuran membasahi pipi keluarga terdekat, apalagi istri dan anak. Yah, begitulah kisah Manusia, kadang kita menunggu akan pulang dan jumpa tapi hanya duka hampa dalam temu . Menangislah sekuat mungkin, sebab kita ditakdirkan untuk jumpa dan pisah, suka dan duka. 

Gambaran Lika liku hidup manusia nyata dalam kisah seorang perantau asal Kabupaten Manggarai  yang meninggalkan duka Sukma bagi manusia di dekatnya. Marsel, begitulah Dia disapa dalam kesehariannya. 

Marsel yang kesehariannya bekerja sebagai pengantar galon di Kota Makassar pergi tanpa pamit, bersimbah darah tanpa kata di ladang nafkah. Dia mengakihiri hidupnya di tangan keji pria bernama Samsul. 

Nas dan malang nasibnya. Ladang nafkah yang ia susuri kini menjadi luka Sukma. Awalnya diimpikan sebagai sumber berkah kini berubah wajah menjadi lara. Samsul, tangan besi tanpa kompromi. 

Sungguh malang nasib Marsel. Ia berkelana dalam ladang nafkah hanya untuk menghidupi keluarga, anak dan istrinya. Namun, tepat pada tanggal 14 September 2020, Marsel tak lagi menyapa anak istri seperti biasanya. 

Marsel pulang tanpa kata. Diselimuti darah tanpa ampun . Sungguh kejam, hati dan tangan seorang Samsul. 

Saya membayangkan bagaimana luka yang dialami oleh sosok yang mencintainya. Ada buah hati yang seharusnya ia peluk ketika pulang. Namun, sang buah hati hanya mampu melotot tanpa paham kenapa mama meneteskan air mata. 

Marsel, kini dipulangkan di dalam peti kecil dan diarak dengan air mata menuju tanah air ketuban, tanah kelahiran. 

Kepulangan Marsel kali ini akan disambut tangisan dan luka para keluarga dan seisi kampung. Sunggu menyedihkan. 

Bersimbah darah di ladang nafkah, nasib tragis di tangan pembunuh.  Yah, begitulah manusia. Kita mendoakan agar saudara kita diterima oleh Tuhan yang Maha Esa. 

Dan dalam duka Sukma, kita mengharapkan agar pelaku pembunuhan diproses seadil adilnya oleh pihak berwajib berdasarkan hukum yang berlaku. 

Tak perlu dendam dan marah, kita ikhlaskan semuanya . Yakinlah, Mata alam akan berpihak pada kebenaran. 

Mari kita mendukung aparat agar aparat tuntaskan persoalan ini. Janganlah terjebak pada hal provokasi, tetaplah bersaudara. Mari junjung tinggi supremasi hukum. 

Selamat jalan saudara. Tenang di alam sana. Kami semua mendoakanmu. Rest in peace

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun