Pagi ini (26/11/2016) kami kembali bertemu dengan Pak Demin, kakek tua berusia 64 tahun. Beliau setia duduk di trotoar Jl Tridarma Kampus USU Medan setiap pagi. Beliau duduk menunggu untuk dipanggil kerja atau berkeliling komolek USU menawarkan tenaganya untuk membantu-bantu. Kerja semacam ini di Medan dikenal dengan istilah “mocok-mocok”.
Pak Demin dengan usianya yang tua masih nampak sehat. Sesekali beliau mengusap-usap matanya yang kelilipan debu. Pak Demin ini mantan tentara di Linud yang bermarkas di Balige Sumatera Utara. Beliau masuk tentara sekitar tahun 1962. Beliau sempat ikut bertempur pada perang pemberontakan Komando Jihad, Pemberontakan Nainggolan dan juga beberapa pertempuran di Irian Jaya, Seram dan Maluku. Saya melihat jejak "tentara" dari tempat minum beliau yang khas milik prajurit yang diletakkan di keranjang sepeda tuanya.
Dua bungkusan dari kertas berwarna coklat yang terikat karet gelang berpindah tangan dari saya ke Pak Demin. Bungkusan sederhana berisi nasi gurih denan lauk telur diterima Pak Demin dengan senyum. Saya sengaja memberinya dua bungkus, karena pasti dia ingat istrinya di rumah yang menunggu hasil Pak Demin dari bekerja. Dua pekan lalu saya dan mahasiswa saya pernah memberinya sebungkus, Pak Demin bilang nanti mau dimakan berdua di rumahnya sama istrinya yang sedang sakit Diabetes. Usai memberi nasi saya dan mahasiswa saya berfoto bersama kemudian terjadilah dialog yang tak disangka-sangka:
Pak Demin : Bang, aku nanti minta fotonya, ya!
Saya : Boleh kek, saya nanti cetak fotonya dan dikasih ke Kakek. (saya memanggil Pak Demin dengan Kakek)
Pak Demin : Aku mau tunjukkan ke istriku. Ini loh Abang-abang yang perhatian dan baik sama aku.
Achmad Siddik Thoha
Staf Pengajar USU
Koordinator Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan Zona Sumatera.
HP 0812-8530-7940