Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menengok Desa Penghasil Emas di Kalimantan

17 Juni 2012   11:27 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 28431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menengok Desa Penghasil Emas di Kalimantan

“Disini, 99 % warganya menambang emas, Mas.”

Demikian pengakuan seorang warga Pujon, Kecamatan Kapuas Tengah Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Desa Pujon sangat terkenal. Pujon seolah adalah nama sebuah kota kecamatan, padahal sesungguhnya adalah sebuah desa yang sangat jauh dengan aksesibilitas yang rendah. Herannya, jalur transportasi ke desa penghasil emas ini sangat banyak. Ada kendaraan umum berupa Bus dari Palangkaraya. Lebih banyak lagi, angkutan umum berupa dengan mobil kijang merk Avanza atau Innova yang masyarakat Kapuas menyebutnya dengan Travel.

[caption id="attachment_188673" align="aligncenter" width="448" caption="Kondisi jalan menuju Desa Pujon dan angkutan yang antri karena jembatan runtuh (dok. pribadi - Juni 2012)"][/caption]

Pujon memang terkenal sebagai desa tempat dimana pekerja penambang emas rakyat bermukim. Selain itu Pujon menjadi tempat transit bagi banyak pekerja pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit swasta. Tak heran, banyak penginapan tersedia di Desa ini. Namun demikian, Pujon juga terkenal dengan kualitas jalan yang tak kunjung membaik meski banyak uang yang mengalir kesana.

Pujon adalah desa Emas? Awalnya saya tidak percaya bahwa di Kabupaten Kapuas banyak sumber bijih emas di dalam hutan. Saya kemudian terkejut dan terperangah setelah melakukan survei Akhir April dan Awa Juni tahun 2012. Survei yang saya lakukan bukan bertujuan untuk melacak sumber emas. Saya sedang penelitian tentang kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan analisa citra satelit banyak kawasan hutan bekas terbakar pada lima tahun terakhir ini mengalami perubahan tutupan lahan. Ada areal yang dominasi lahan terbuka yang cukup luas di daerah dekat Desa Pujon Kecamatan Kapuas Tengah Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah. Saya menduga-duga, mungkin ini lokasi tambang emas atau pasir zirkon. Zirkon sejenis pasir halus sebagai bahan baku keramik dan komponen elektronik.

“Disini, 99 % warganya menambang emas, Mas.”

Seorang Ibu pengelola Losmen di Desa Pujon Kecamatan Kapuas Tengah Kabupaten Kapuas menegaskan dugaan saya, tentang cerita warga Kapuas tentang tambang emas. Benar saja, setelah saya mulai bergerak, ke arah utara Desa Pujon, sepanjang kanan kiri jalan bekas Jalan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang kini jadi jalan Kabupaten, banyak hamparan luas berwarna putih. Laksana padang pasir berwarna putih terang. Areal tersebut adalah lokasi pembuangan limbah pasir dari aktifitas penambangang emas rakyat.

[caption id="attachment_188675" align="aligncenter" width="448" caption="Bekas areal penambangan emas rakyat di dekat Desa Pujon (Dok. pribadi April 2012)"]

13399314921837469149
13399314921837469149
[/caption]

Bagaimana mereka “memanen” emas? Menurut penuturan warga yang pernah menambang, mereka masuk ke dalam hutan yang sudah mulai terbuka akibat kebakaran, perladangan dan penebangan, lalu mulai mencari lokasi yang diduga mengandung bijih emas. Pendugaan lokasi yang mengandung bijih emas dilakukan sesuai pengalaman atau bahkan ada yang memakai jasa “orang pintar” mealui ritual magis. Setelah lokasi ditentukan, maka digalilah tanah hingga menembus bagian pasir. Setelah itu lalu dilakukan penyedotan tanah. Tanah disedot dengan mesin penyedot khusus yan diarahkan ke mesin lain yang didesain untuk menyaring pasir dengan air. Bijih emas akan terpisah di bagian penyaring yang mengandung bahan kimia merkuri (Air Raksa). Bagian lain yakni pasir halus berwarna “hitam manis” yakni pasir zirkon juga dipisahkan untuk dijual sebagai “panen tambahan”. Menurut artikel di Kompas.com (Baca : Pasir Zirkon Diekspor Tanpa diolah), kulaitas pasir Zirkon dari Kalteng termasuk yang paling baik di Indonesia. Harga pasir Zirkon menurut pengakuan salah satu warga mencapai Rp. 6.000,-/kg.

[caption id="attachment_188676" align="aligncenter" width="448" caption="Instalasi penyedot dan penyaring pasir penambang emas rakyat di Desa Pujon (dok. pribadi April 2012)"]

13399315541364737327
13399315541364737327
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun