[caption id="attachment_161721" align="alignleft" width="280" caption="Image from http://1.bp.blogspot.com"][/caption]
Di sebuah lahan luas di pedesaan, hiduplah lelaki tua bersama istrinya. Lelaki itu seorang penulis ternama yang karyanya banyak menginspirasi orang.. Dia sangat dikagumi karena karyanya mampu mengobati derita dan memberi semangat bagi pembacanya.
Seorang penggemar karya sang penulis suatu saat mendengar berita bahwa dia terkena serangan stroke berat. Separuh badannya sebelah kiri hampir tidak dapat digerakkan. Menurrut diagnosa dokter, sulit bagi sang penulis untuk bisa bicara lagi. Namun dalam waktu beberapa pekan, dia telah mendapatkan kembali kemampuannya untuk bicara dan dia bersikeras menulis kembali sambil memulihkan pikirannya. Dia kemudian mendatangi rumah sang penulis untuk menjenguknya sekaligus ingin mendengar kearifan hidup darinya.
Sang penulis bangkit dari duduknya sambil memegang tongkat menyambut tamunya yang juga penggemar karyanya. Dengan mata berbinar, lelaki bertinggi sedang mengajak penggemarnya memasuki kamarnya yang penuh dengan buku tertata rapi.
”Saya sangat berterima kasih pada Anda, Pak. Buku Anda telah banyak membantu saya. Namun belakangan ini, serangkaian musibah melanda saya. Rasanya penderitaan saya semakin parah dan saya merasa sulit untuk mengatasinya.” Si penggemar meluapkan perasaan dukanya pada sang penulis.
”Mari kutunjukkan sesuatu, ” katanya, sambil berjalan keluar rumah mendekati deretan pepohonan yang mengelilingi ladang jagung. Rumah sang penulis dikelilingi hamparan ladang dan hutan di ujungnya.
”Tiga puluh tahun yang lalu, pemilik ladang itu menanami pepohonan itu untuk memagari ladangnya. Awalya, pohon muda tidak dengan kawat berduri yang menancap di batangnya. Ada pohon yang melawan, tapi ada juga yang beradaptasi. Lihat disana, ada pohon yang bisa menerima dan kawat itu menyatu dengan kehidupan pohon, tapi kelompok pohon yang dekat ini, ia tidak tahan.” Penulis menunjuk pada pohon tua yang bentuknya tidak karuan akibat dipasangi kawat berduri.
”Mengapa pohon itu menyakiti diri sendiri dengan melawan kawat berduri itu, sementara pohon yang sebelah sana justru menguasai si kawat berduri.”
Si penggemar mengamati pohon yang agak jauh itu. Pohon itu sama sekali tidak menunjukkan tanda kerusakan. Jangankan luka yang panjang dan besar, yang terlihat justru kawat yang terlihat masuk lewat satu sisi dan muncul disisi lainya, hampir seperti disisipkan dengan bor.
”Aku sering mengamati dan merenungi pepohonan itu,” kata Penulis, sambil berbalik mengajak penggemarnya kembali ke rumah.
”Kekuatan apa yang sanggup mengatasi luka, perih dan sakit yang disebabkan oleh kawat berduri, bukan membiarkan dirinya tersisih seumur hidupnya? Bagaimana pohon itu bisa mengubah kepedihan menjadi pertumbuhan tubuhnya yang optimal, bukan sebaliknya menjadi pengganggu dan beban yang mematikan dirinya?”