Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdamai dengan Penderitaan

10 Februari 2012   00:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328833793992310780

[caption id="attachment_161721" align="alignleft" width="280" caption="Image from http://1.bp.blogspot.com"][/caption]

Di sebuah lahan luas di pedesaan, hiduplah lelaki tua bersama istrinya. Lelaki itu seorang penulis ternama yang karyanya banyak menginspirasi orang.. Dia sangat dikagumi karena karyanya mampu mengobati derita dan memberi semangat bagi pembacanya.

Seorang penggemar karya sang penulis suatu saat mendengar berita bahwa dia terkena serangan stroke berat. Separuh badannya sebelah kiri hampir tidak dapat digerakkan. Menurrut diagnosa dokter, sulit bagi sang penulis untuk bisa bicara lagi. Namun dalam waktu beberapa pekan, dia telah mendapatkan kembali kemampuannya untuk bicara dan dia bersikeras menulis kembali sambil memulihkan pikirannya. Dia kemudian mendatangi rumah sang penulis untuk menjenguknya sekaligus ingin mendengar kearifan hidup darinya.

Sang penulis bangkit dari duduknya sambil memegang tongkat menyambut tamunya yang juga penggemar karyanya. Dengan mata berbinar, lelaki bertinggi sedang mengajak penggemarnya memasuki kamarnya yang penuh dengan buku tertata rapi.

”Saya sangat berterima kasih pada Anda, Pak. Buku Anda telah banyak membantu saya. Namun belakangan ini, serangkaian musibah melanda saya. Rasanya penderitaan saya semakin parah dan saya merasa sulit untuk mengatasinya.” Si penggemar meluapkan perasaan dukanya pada sang penulis.

”Mari kutunjukkan sesuatu, ” katanya, sambil berjalan keluar rumah mendekati deretan pepohonan yang mengelilingi ladang jagung. Rumah sang penulis dikelilingi hamparan ladang dan hutan di ujungnya.

”Tiga puluh tahun yang lalu, pemilik ladang itu menanami pepohonan itu untuk memagari ladangnya. Awalya, pohon muda tidak dengan kawat berduri yang menancap di batangnya. Ada pohon yang melawan, tapi ada juga yang beradaptasi. Lihat disana, ada pohon yang bisa menerima dan kawat itu menyatu dengan kehidupan pohon, tapi kelompok pohon yang dekat ini, ia tidak tahan.” Penulis menunjuk pada pohon tua yang bentuknya tidak karuan akibat dipasangi kawat berduri.

”Mengapa pohon itu menyakiti diri sendiri dengan melawan kawat berduri itu, sementara pohon yang sebelah sana justru menguasai si kawat berduri.”

Si penggemar mengamati pohon yang agak jauh itu. Pohon itu sama sekali tidak menunjukkan tanda kerusakan. Jangankan luka yang panjang dan besar, yang terlihat justru kawat yang terlihat masuk lewat satu sisi dan muncul disisi lainya, hampir seperti disisipkan dengan bor.

”Aku sering mengamati dan merenungi pepohonan itu,” kata Penulis, sambil berbalik mengajak penggemarnya kembali ke rumah.

”Kekuatan apa yang sanggup mengatasi luka, perih dan sakit yang disebabkan oleh kawat berduri, bukan membiarkan dirinya tersisih seumur hidupnya? Bagaimana pohon itu bisa mengubah kepedihan menjadi pertumbuhan tubuhnya yang optimal, bukan sebaliknya menjadi pengganggu dan beban yang mematikan dirinya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun