Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Bumi 2020, Terima Kasih Corona yang Telah Memulihkan Bumi

22 April 2020   22:57 Diperbarui: 22 April 2020   23:09 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Himalaya terlihat dari sebuah kota di India saat diberlakukan lockdown (dok. statik.tempo.co)

Hari ini, warga dunia memperingati Hari Bumi 2020 dalam suasana keprihatinan. Dunia bersedih dan mengalami rasa keprihatinan mendalam karena pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19). Pandemi covid-19 membuat dunia berubah cukup siginifikan. Negara-negara besar dunia, sangat tersita semua sumberdayanya menanggulangi covid-19.

Negara adidaya seperti Amerika Serikat tak berdaya oleh penyakit yang disebabkan oleh makhluk tak kasat mata ini. Negara kuat seperti Italia, Spanyol, Inggris dan Prancis dan negara makmur di Eropa juga terguncang keras oleh wabah covid-19.  Adapun di Asia, China yang merupakan sumber awal virus berbahaya ini mulai bisa mengendalikan pertambahan kasus penularan. Korea Selatan, Jepang, Singapura dan Thailand mampu menekan bertambahnya korban jiwa akibat covid-19.

Populasi manusia terguncang. Virus corona yang dari beberapa studi terkini sudah mengalami mutasi menjadi bebeapa tipe baru. Dalam waktu hanya tiga bulan, manusia bertumbangan meninggal satu-persatu dalam pandemi global terbesar setelah wabah flu spanyol ini. Beberapa negara panik menangani jenasah yang begitu cepat bertambah hari demi hari. 

Di Ekuador, jasad-jasad sampai berserakan di pinggir jalan karena buruknya manajemen kesehatan di negara tropis tersebut. Laporan situs live data coronavirus (worldometer.com/coronavirus) merilis hingga hari ini hampir 200 ribu jiwa meninggal akibat covid-19. Lebih dari 2.5 juta jiwa terinfeksi pada lebih dari 200  negara di dunia.

Hari Bumi 2020 dengan tema Climate Action atau Aksi Iklim mengingatkan kita pada kondisi iklim dunia yang mengalami tanda-tanda perubahan telah mendapat koreksi serius dengan kehadiran virus corona dan dampak yang mematikannya. Iklim bumi yang cenderung makin memanas dengan peningkatan suhu global yang melebihi 1 oC sejak 1900. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) semakin terakumulasi di atmosfir menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi atau pemanasan gloal. Pemanasan global akhirnya memicu perubahan iklim yang melahirkan bencana hidrometeorologis yang semakin tinggi frekuensinya.

Himalaya terlihat dari sebuah kota di India saat diberlakukan lockdown (dok. statik.tempo.co)
Himalaya terlihat dari sebuah kota di India saat diberlakukan lockdown (dok. statik.tempo.co)

Di Indonesia bencana hidrometeorologis menurut data BNPB tahun 2017-2019 adalah bencana yang paling dominan di Indonesia. Tahun 2019 tercatat 3814 bencana terjadi dimana 99 % adalah bencana akibat kondisi iklim. 

Tahun 2019 lalu kita dirundung duka dengan bencana kabut asap yang membuat jutaan warga Sumatera dan Kalimantan harus hidup dalam pekatnya kabut asap dan menghirup udara beracun. Bencana ini mengulang kejadian tahun 2015 dimana bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ini dimana menurut Bank Dunia (2016) seluas 2.7 juta hektar hutan dan lahan terbakar dengan kerugian mencapai 221 T.

Rekapitulasi kejadian bencana di Indonesia sepanjang tahun 2019 (dok.BNPB 2019)
Rekapitulasi kejadian bencana di Indonesia sepanjang tahun 2019 (dok.BNPB 2019)

Lalu akhir Desember 2019 virus corona mulai muncul di Wuhan. Awalnya perlahan. Januari 2020 ditandai dengan bencana besar di Jabodetabek dan Banten dengan banjir dan longsor yang merenggut banyak jiwa di Indonesia. Februari 2020 menjelang. Pemerintah masih berselisih tentang bahayanya virus corona sementara covid-19 sudah meluas mengepung kepulauan Nusantara.

 Maret 2020 akhirnya tiba. Pemerintah Republik Indonesia akhirnya mengumumkan virus corona sudah masuk Indonesia. Dan hingga hari ini Jakarta, Jawa Barat, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan harus merima kenyataan pahit membatasi mobilitas dan interaksi sosial warganya dengan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Sejak itulah Indonesia dan dunia seakan mulai senyapd ari hiruk pikuk dunia. Kepongahan antisains manusia akhirnya harus mengakui protokol kesehatan dari Lembaga Kesehatan Dunia dan Lembaga Kesehatan masing-masing. Super power akhirnya keder. Negara makmur harus mundur sejenak mengalah dengan virus yang tak kenal kendur. Negara berkembang harus pasrah dan menerima penjalaran virus ini secara pelan tapi pasti diantara kegagapan pemimpin dan buruknya sistem kesehatan.

Bumi hening sejenak. Pepohonan dan hutan mulai memulihkan dirinya dari luka akibat kerakusan perusak hutan. Tanah bernafas sejenak dari kegilaan penambang bahan mineral. Air mulai menari lebih leluasa karena sang pencemar dan penyedot brutal sedang tidak beraktifitas. Udara pun semakin segar dan bersih. Biru langit menghampar begitu luas. Lubang ozon perlahan menutup. Gunung gagah nun jauh disana terlihat sangat jelas menampakkan keindahannya. Bencanapun tak lagi liar menerjang manusia seperti sebelum hadirnya virus corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun