Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korban Kabut Asap yang Memilih Berkorban

23 September 2019   04:24 Diperbarui: 23 September 2019   04:39 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Mulyono Sang Relawan Kabut Asap (dok. Relindo, 21/9/19)

Ini bukan cerita heroik orang yang memegang selang, menyemprot air, memakai helm dan masker moncong. Bukan juga kisah sepatu kotor yang diviralkan. Bahkan bukan petugas pemadam yang rela tidur ditanah menjaga lahan.

Ini kisah yang terlalu sederhana buat banyak orang, tetapi sangat istimewa buat saya. Saya tahu persis dia karena saya membersamainya menjalankan tugas sebagai relawan kemanusiaan.

Dia tak sempat ikut memadamkan api. Dia sosok yang tak lagi memegang selang dan menyemprotkan air meski ia mampu melakukannya.

Ia seorang ayah dari empat anak. Ia seorang suami yang istrinya menunggu melahirkan anak kelima. Ia sorang menantu yang merawat mertuanya yang sedang sakit. Ia juga seorang teknisi servis AC yang sedang banyak order. Dan ia juga korban kabut asap di Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Dia bernama Joko. Joko tak pernah nampak berbaju putih. Dia juga bukan orang yang punya sepatu mahal. Karena dia bernama Joko Mulyono.

Pria berbobot ini meninggalkan semua statusnya diatas. Orderan yang lagi membludak ia tinggalkan. Istri yang butuh perhatian ia atur agar bisa bersabar ditinggal. Ibu mertuanya ia memohon pamit agar bisa banyak beraktifitas tidak di rumah. Ia juga tak mau cengeng mengadu di medsos menyalahkan pihak ini dan itu.

Joko memutuskan menjadi relawan. Ia mengumpulkan dana, sebagian dari kantongnya sendiri. Ia bagi masker ke ribuan warga. Ia beli oksigen kemudian dibagikan ke warga yang sesak nafasnya akibat kabut asap. Ia dirikan rumah aman asap untuk menampung warga yang memerlukan udara sehat.

Ia keluar masuk kampung mendidik warga agar melindungi diri dari asap. Joko mendatangi panti asuhan dan sekolah untuk bisa mendapat alat perlindungan diri dari kabut asap.

Joko memilih tidak menjadi sosok yang dinobatkan pahlawan karena kegagahannya menaklukkan api. Joko memilih menjadi relawan tanpa liputan dan sebutan. Ia memilih berkiprah tanpa sumpah serapah. Ia memilih menjadi akar daripada batang, daun dan buah.

Joko bagi saya bukan pahlawan karena memang ia tidak mau disebut itu. Saya sebut ia pelindung kaum lemah. Disitulah ia menikmati hidup dengan bahagia. Menjadi relawan dengan sepenuh jiwa. Tanpa pujian, gajian dan liputan.

Mari dukung aksi Joko agar banyak warga yang terlindungi. Biarlah aparat yang menangkap pelaku pembaran dan dihukum maksimal. Biarlah pasukan dan relawan pemadam api yang memastikan tidak ada lagi api di lahan yang menyemburkan asap. Biarlah pemimpin daerah yang mengeluarkan kebijakan yang cepat dan tepat untuk menghindari bencana kabut asap menjadi tragedi kemanusiaan ini.

Salam kemanusiaan!
Achmad Siddik Thoha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun