Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Hati Relawan Kemanusiaan di Hari Kemerdekaan

17 Agustus 2018   22:05 Diperbarui: 18 Agustus 2018   16:53 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Relawan Kemanusiaan setiap hari rajin mengajak ngobrol dan memberi perhatian kepada pengungsi di Tanjung Lombok Utara (dok. Relindo 17/8/2018)

Malam ini angin begitu kencang. Para pengungsi yang sebagian besar tinggal di tanah terbuka pasti kedinginan dibawah terpal.

Pengungsi dari anak-anak kecil dengan mata berbinar setiap hari memandangi kami, para relawan.  Ada teriakan ceria dalam beberapa hari ini. Sebelumnya mereka masih ketakutan saat para relawan mengajak bermain di halaman ruko kosong di Jalan raya Tanjung, Jenggala Kecamatan Tanjung Lombok Utara. 

Anak-anak itu menngungkapkan alasanya dengan dua kata yang sangat memilukan; "Takut gempa".

Hari ini, lagi-lagi masih saja para pengungsi datang  ke Posko kami dan mengadukan kondisinya.  Tentang makan yang kurang, pampers yang habis, pembalut yang tak lagi ada di tangan,  diare berketerusan,  sakit perut berulang-ulang,  terpal yang koyak dan bolong,  selimut dan pakaian yang tak mencukupi. Duh, hati terasa teriris-iris.

Anak-anak mendapat kegiatan untuk mengurangi trauma dari relawan kemanusiaan (dok. pribadi, 14/8/2018)
Anak-anak mendapat kegiatan untuk mengurangi trauma dari relawan kemanusiaan (dok. pribadi, 14/8/2018)
Kami hanya bisa iba.   Tak semua keperluan mereka bisa kami penuhi.  Segulung terpal di Posko kami berikan. Karpet dan tikar yang ada kami serahkan buat mereka agar berkurang rasa takut, reda rasa khawatir dan sedikit hangat badan mereka.

Duh... malam ini angin bertiup teramat kencang.  Badan kami menggigil dalam terkamannya. Tanpa jaket dan tanpa sleeping bag. Suara nyaris habis,  batuk dan pilek mulai mendera. Kondisi fisik menurun. Pikiran mulai kurang fokus. Apakah nasib mereka di deretan terpal pengungsi di tengah sawah sana?

Terpal sebagai pelindung cuaca mereka berlobang.  Baju yang mereka kenakan hanya beberapa lembar bahkan kadang hanya yang kering dibadan saja.

Kondisi terpal pengungsi yang mudah rusak akibat terpaan angin kencang dan panas terik. (dok. Tim Relindo, 17/8/2018)
Kondisi terpal pengungsi yang mudah rusak akibat terpaan angin kencang dan panas terik. (dok. Tim Relindo, 17/8/2018)
Bagaimana jika hujan turun? Berapa lama mereka akan bertahan bertahan?  Anak balita itu? Orang-orang renta itu?  Sementara dokter dan tim medis pun tak semua dan setiap saat ada bersama mereka.

Joko Mulyono, seorang relawan dari Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan (Relindo) mengungkapkan sebuah kisah singkat dimana seorang ibu dan anak balitanya sering mengunjungi posko kami hari ini (17/8/2018). Ada dialog singkat yang memilukan dan membuat hati ini bergelegak sedih. Sang Ibu menyapa dan memohon pada Joko Mulyono:

"Pak, ada terpal? 

"Tenda kami dihuni 15 orang, Tendanya bolong-bolong. Angin masuk kencang. Si kecil ini sudah 6 kali mencret... ".

Oh Ya Rabb...kami tak sanggup menahan bulir air mata ini mengalir mendengar cerita dan pengakuan pengungsi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun