Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka, Tarik Tambang dan La Tahzan

18 Agustus 2017   04:49 Diperbarui: 18 Agustus 2017   07:09 4433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya."

"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya." (QS. Ibrahim: 34)

Begitulah cuplikan satu paragraf dalam Buku La-Tahzan karya ulama produktif dan inspiratif abad ini, Dr. Aidh Alqarni dalam bahasan "Pikirkan dan Syukurilah!" Paragraf ini menuntun pembacanya untuk mensyukuri segala nikmat-Nya dengan munculnya kalimat berikutnya yang merupakan terjemahan ayat Al Quran tentang tak terbatasnya nikmat Allah (QS. Ibrahim: 34). Salah satu nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada saya adalah hidup di negara yang aman dan merdeka.

Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat mahal, berharga, agung dan istimewa bagi kumpulan orang yang hidup di sebuah wilayah tertentu. Merdeka dalam arti berdaulat sebagai wilayah yang bebas dari cengkaraman penjajah. Merdeka dalam makna memiliki negara yang berkuasa dan berdaulat atas setiap langkah dan kebijakannya. Merdeka juga dirasakan rakyatnya dalam berkumpul, berpendapat, berekspresi, memilih pemimpin, berkarya, beragama dan berkeyakinan.

Ya, itulah yang harus selalu saya syukuri. Hidup di Indonesia adalah takdir saya dan mungkin kita sebagai rakyat Indonesia. Saya tak pernah memilih untuk lahir di Indonesia, tapi takdir Allah lah yang membuat saya lahir dan kemudian memilih hidup di Indonesia. Saya lahir saat Indonesia sudah merdeka 30 tahun lamanya. Saya kemudian tumbuh dan berkembang dalam suasana aman, damai serta mampu merancang cita-cita dan menggapainya.

Tak hanya kemerdekaan, Indonesia memiliki segalanya. Sumberdaya alam Indonesia yang begitu kaya. Tanah yang subur, udara yang segar, air yang melimpah, budaya yang kaya, toleransi yang tinggi, keramahan warga yang mengagumkan banyak warga dunia dan gotong royong yang tetap terpelihara. Bagi saya kekayaaan Indonesia bukan hanya tambang emas, tambang minyak, tambang mineral dan tambang lain, bernama kemerdekaan.

Saya tak setuju dengan anekdot dalam meme yang beredar di media sosial bahwa kita hanya kebagian Tarik Tambang saat 17 Agustus sementara tambang dalam perut bumi kita sudah dikuasai asing. Bisa jadi memang ada benarnya bahwa kekayaan tambang kita dikuasai aing, tapi itu hanya sebagian karunia Allah yang tidak sebesar tambang lain yang lebih berharga yaitu kemerdekaan.

Dalam kemerdekaan kita bisa menikmati toleransi dalam keberagaman. Dalam kemerdekaan kita bisa merasakan kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinan kita. Dalam kemerdekaan kita bisa mengasah kreativitas dalam bingkai saling menghormati hak asasi. Dan dalam suasana merdeka rakyat bisa berpartisipasi menyuarakan hak dan pendapatnya dalam suasan aman tanpa rasa takut. Dalam suasana negara medeka dan aman kondisi "La Tahzan" setidaknya bisa kita nikmati meski tidak sepenuhnya.

Aidh Alqarni melalui bukunya La Tahzan seolah mengajak saya agar "menyadari" dunia yang saya miliki. Dunia bernama Indonesia yang merdeka, berdaulat yang menuju kondisi adil dan makmur. Negara yang merdeka atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Bila kita tidak menyadari atau lambat menyadari betapa rahmat Allah begitu besarnya atas negeri kita, maka kita bisa masuk dalam jebakan suasana yang membuat kita selalu sedih, galau, kecewa, putus asa, marah dan benci. Sebuah suasana "La Tahzan" (jangan bersedih) semakin jauh dalam kehidupan kita.

Bersyukur atas kemerdekaan adalah dengan menyadari betapa banyak hal yang baik dalam kehidupan kita membuat hidup menjadi tenang, damai dan aman. Kehidupan yang jauh dari kesedihan. Kehidupan yang tetap optimis meski pasangan pemimpin yang saat ini berkuasa bukan pilihan kita saat pemilihan umum lalu. Kehidupan yang tetap tenang meski media sosial riuh oleh pertarungan haters dan suppoters dari seorang elit yang saling hujat. Kehidupan yang tetap menjaga kerukunan dan kedamaian meski jutaan orang berkumpul menuntut keadilan atas sebuah kasus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun