Mohon tunggu...
Achmad Rivai
Achmad Rivai Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Moral Anak Jeblok, Mengapa Orang Tua Protesi Pendidik

19 Maret 2017   20:18 Diperbarui: 19 Maret 2017   20:33 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MORAL ANAK JEBLOK, MENGAPA ORANG TUA PROTESI PENDIDIK ?

Dewasa ini, dalam berbagai perkembangan teknologi yang secara berangsur-angsur datang dari segi komunikasi, transportasi, informasi, maupun yang lainnya kini telah merambah dan telah membuat candu di berbagai kalangan masyarakat kita, bahkan bukan hanya masyarakat di negara kita melainkan banyak masyarakat di negara global yang telah diterpa arus globalisasi yang cukup kuat ini.

Segala bentuk informasi kian cepat dan mudah di akses, tak seperti zaman dimana ibu-ibu kita masih berlabel gadis, dimana cakupan informasi hanya sebatas siaran radio, atau bahkan hanya satu saluran stasiun tv pada saat itu yakni TVRI.

TVRI adalah stasiun televisi pertama di Indonesia yang mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962. Siaran pertamanya menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-17 di Istana Negara. Banyak program yang ditayangkan oleh pihak TVRI yang berbau edukasi seperti TV Edukasi, Kuis Pintar, Berita Anak, Budi & Kerti, dan masih banyak lagi, serta terlebih lagi di zaman dahulu TVRI merupakan saluran televisi yang menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia. Jika dilihat dari segi pendidikan zaman dulu dan tayangan televisi dulu, bisa membuat pengaruh positif terhadap moral siswa, karena siswa zaman dahulu memiliki tayangan yang memang mereka butuhkan bukan mereka inginkan. 

Jika kita bandingkan dengan beberapa tayangan TV swasta masa kini yang menayangkan berbagai macam acara yang notabenenya kurang mendidik perkembangan mental dan moral peserta didik. Ditambah lagi pengawasan yang diberikan orangtua kepada anak yang sangat minim , seolah-olah sang anak merasa dibebaskan oleh orangtuanya untuk memilih tayangan televisi manapun yang ia suka. Lantas siapakah yang sebenarnya bertanggung jawab pada perkembangan mental dan moral anak yang saat kini terus menurun ?

“Moral itu berhubungan tentang apa yang benar dan salah dalam prilaku manusia, dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai dengan standar prilaku yang tepat pada kelompok atau masyarakat tersebut” (Merriam-Webster).

Lalu bagaimana dengan pergaulan yang tengah terjadi pada anak didik di lingkungan kita, masih SD sudah berani merokok, SMP sudah berani berbuat ML (Making Love), SMA sudah berani mencoba barang-barang haram (sejenis narkoba).

Dalam dunia pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, tidak mungkin seorang anak atau bahkan kelompok belajar yang dijadikan sebagai peserta didik lantas di ajarkan hal-hal yang tidak baik. Karena, tujuan dari pendidikan itu tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 “Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 inilah yang dijadikan dasar bagi semua pendidik yang tersebar secara merata dari berbagai jenjang sekolah. Seorang guru dengan susah payah menerapkan berbagai metode pembelajaran agar bisa merealisasikan tujuan belajar yang sudah di canangkan dari awal, serta tak lupa membina dan mengarahkan para peserta didik supaya menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

Namun perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sehingga arus globalisasi yang kian deras menerpa berbagai Negara termasuk Indonesia, masyarakat Indonesia diharapkan harus pandai memfilter informasi-informasi mana saja yang boleh masuk sesuai dengan budaya Indonesia, agar taraf kehidupan hidup masyarakat Indonesia menjadi sejahtera, aman, dan damai. Namun pada kenyataannya sungguh sangat mengharukan, kita seolah tidak acuh untuk memfilter berbagai macam informasi yang masuk, sehingga kehidupan kita tanpa disadari jauh dari mendekati hal semacam sejahtera, aman, dan damai. Terlebih lagi siaran stasiun TV swasta masa kini yang banyak menayangkan acara yang sarat akan nilai manfaat namun malah memiliki hal yang membuat moral peserta didik jatuh.

Bagaimana dengan peran orangtua di rumah sebagai pemerhati nomor satu pada perkembangan anak dirumah setelah guru. Orangtua dan guru diharapkan saling bekerja sama dalam hal mendidik seorang anak untuk menjadi lebih baik. Namun dalam pelaksanaanya kebanyakan orangtua memasrahkan sepenuhnya perkembangan anak mereka pada guru disekolah. Padahal guru disekolah tak hanya harus fokus dengan satu siswa, melainkan banyak siswa yang harus diperhatikan. Apabila hal ini di titik beratkan pada seorang guru, tentu saja guru akan kewalahan karena tidak ada support dari orangtua di rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun