Mohon tunggu...
Achmad Ridwan Sholeh
Achmad Ridwan Sholeh Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai

Ayah dari Achmad Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Bus Mania, Kisah Nikmatnya Naik Bus Antarkota

30 Maret 2020   13:20 Diperbarui: 31 Maret 2020   21:16 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus menunggu penumpang, sumber : www.kompas.com

"Apaan, enak naik bus, Musiknya lebih real bos gak kayak MP3, untuk yang bawa cewek yoo isok senderan". Dengan sigapnya kaum bawah seperti saya langsung membantah kenikmatan duniawi tersebut.

Harus saya akui kadang lagu-lagu yang dibawakan pengamen bersifat "cocoklogi" dengan nasib para penumpang bus ekonomi ini. Contoh lagu Ebiet G. Ade yang "Perjalanan Ini". 

Ya Ampun, kadang lagu ini ngenes sekali persis keadaan saya sambil sesekali ikut nyanyi. Lagu Ibu punya Bang Iwan, kalau yang bawain pengamen lokal itu jadinya langsung pengen pulang aja gak jadi kuliah.

Selesai kuliah di minggu sore hari merupakan sesuatu yang istimewa dalam perjalanan pulang menggunakan bus. Kalian bisa menikmati senja sambil merenungi nasib dan diiringi lagu-lagu pengamen jalanan yang menyayat hati. 

Buat "anak senja" melihat terbenamnya matahari di hamparan Arjosari - Bungurasih akan langsung mengingat Sang Pencipta."Ya Tuhan sungguh indah ciptaanmu, maafkan segala kelakuan sang pendosa ini". Inshaf mode on.

Melihat pemandangan pegunungan dan hamparan sawah selama perjalanan merupakan berkah. Tidak jarang kegiatan ini sebagai obat pelepas penat ditengah ruwetnya kehidupan.

Ketika memasuki kota Terminal bungurasih (Surabaya/Sidoarjo), pemandangan berubah menjadi bersifat sangat kapitalis. Beton-beton bertebaran, rakyat miskin kota mengamen di lampu merah jalan protokol. 

"Mereka terpinggirkan" pikir saya, lagu pengamen di dalam bus mulai berubah menjadi lagu-lagu perjuangan kaum proletar. Inilah negeriku, jurang sosial itu semakin melebar antara si kaya dan si miskin.

Kisah naik bus tidak selalu menyenangkan adapula yang mengerikan. Saya pernah berdiri selama hampir 3 jam gak dapat tempat duduk, sudah macet, plus bau keringat manusia yang berdesakan selesai bekerja, hampir pingsan rasanya. 

Saran saya untuk penumpang bus lebih baik naik dari terminal dan mengambil bus yang masih ada tempat duduk kosongnya. Kalau ngambil dari depan terminal, ya untung-untungan seringnya sih zonk.

Lain cerita ketika supir bus tidak terima disalip bus lainnya. Ini parah nih, supir langsung berubah jadi Dom Toretto Fast and Furious. Aksi balap di jalan tol sesama transformer merupakan hal yang paling mengerikan bagi penumpang. Gas pol, rem blong, maksimal speed, "Ya ampun lupa sama akhirat si supir".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun