Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyusun Narasi Positif tentang Anak-anak Muda

30 Oktober 2016   14:38 Diperbarui: 27 Oktober 2020   22:55 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://www.slideshare.net/

“Beri aku sepuluh pemuda, akan aku guncang dunia!” ungkapan ‘abadi’ dari Soekarno. Terlalu sering mendengar atau membaca kalimat itu, membuat kita tidak terguncang lagi. 

Hari ini konotasi tentang anak-anak muda menyuguhkan gambaran menyedihkan: hura-hura, tawuran, pesta miras, maniak belanja. Sederet ‘prestasi’ mengenaskan bisa kita susun menjadi sangat panjang dan berlapis-lapis. Ringkasnya, pemuda masa kini menampilkan wajah yang paling menyedihkan.

Tidak adakah sisi terang pada anak-anak muda itu? Menjawab pertanyaan ini tiba-tiba saya ditimbun rasa berdosa yang sangat. 

Beberapa tulisan terakhir tentang anak-anak muda, terutama perilaku generasi milenial, yang saya tulis adalah keprihatinan demi keprihatinan. Mulai dari gagap menyampaikan gagasan secara lisan hingga potensi krisis kebudayaan yang menunggu di masa depan.

Saya mendadak sadar. Anak-anak muda itu tidak sepenuhnya salah dan patut disalahkan. Sisi gelap anak-anak muda—walau dalam skala dan tingkat tertentu benar-benar saya hadapi.

Namun hal itu tidak menimpa mereka secara tiba-tiba. Ketika dipotret dengan lensa mikro rangkaian sebab akibat yang menyertai sisi gelap tersebut akan nampak detail rangkaian per rangkaian.

Sekolah Paman Doblang

Namun, siapa peduli dengan rangkaian sebab akibat itu? Anak-anak muda seperti Paman Doblang, dimasukkan ke dalam sel yang gelap. Tanpa lampu tanpa lubang cahaya. Pengap. 

Dalam situasi ini anak-anak muda adalah korban dari sistem dan model pendidikan yang selama ini diyakini akan memberikan jalan terang. Praktek pendidikan yang terpisah dari kehidupan—meminjam ungkapan syair WS Rendra—memenjara mereka dalam ruang gelap yang pengap.

Anak-anak muda mencari lubang cahaya melalui media daring. Dalam studi berjudul "Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia"terungkap,98 persen dari anak-anak dan remaja Indonesia yang disurvei tahu tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Penggunaan media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia.

Hasil jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan mayoritas responden yang berada di kategori usia muda paling banyak menyaksikan tutorial daring. Sebanyak 67,8 persen responden di rentang usia 17-30 tahun pernah melakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun