Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Dunia dalam Kepala

12 Juli 2016   22:35 Diperbarui: 14 Juli 2016   03:59 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://cahayahati-arpen.blogspot.co.id

"Ada dunia dalam kepalaku."
"Dunia? Dalam kepala?"
"Kamu tidak percaya ada dunia dalam kepalaku?"
"Mengapa aku harus percaya ada dunia dalam kepalamu?"
"Ada cinta di sana. Aku dan kamu."

Perempuan menengadah. Kata-kata makin sulit dipercaya. Pengertian hilang makna. Merayu sederhana saja. Mana ada dunia dalam kepala.

"Merayulah sewajarnya saja."
"Rayuan didendangkan saat cinta tak mau berkorban."
"Aku tidak memintamu berkorban. Aku mau cintamu. Hanya itu."
"Dunia dalam kepalaku mengatakan itu."
"Tapi aku tidak tahu rupa dunia dalam kepalamu itu."

Cinta sederhana menjadi rumit dan berbelit-belit. Perempuan selalu bersedia menampung rasa sakit. Lelaki selalu tidak peduli. Hanya dunia dalam kepala tombak tua di waktu senja.

"Ikutlah denganku. Masuk ke dalam dunia dalam kepala. Akan kamu temui pelangi dan hujan badai. Taman berseri dan kuburan mati."
"Tidak, disini saja. Beranak pinak di rumah tua sampai menua kelak."

Dunia dalam kepala bersitegang dengan dunia di luar kepala. Bertarung memperebutkan cinta. Siapa pemenangnya?

Kelutan 12 07 16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun