Salah satu tantangan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menuangkan ide secara tertulis dengan baik.
Dan itu secara pribadi membuat saya sangat prihatin. Bagaimana tidak?
Banyak siswa kesulitan menyusun tulisan yang terstruktur, koheren, dan argumentatif. Padahal, keterampilan menulis bukan hanya tentang bagaimana menyusun kata-kata, tetapi juga mencerminkan bagaimana seseorang berpikir dan mengolah informasi.
Sayangnya, fenomena ini terus berulang dan belum mendapat solusi yang benar-benar efektif.Â
Jika kita ingin mengatasi masalah ini secara mendalam, kita perlu menggali akar permasalahannya dari perspektif yang lebih luas, bukan hanya melihatnya sebagai kekurangan teknis dalam pengajaran bahasa.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis adalah dominasi budaya komunikasi lisan di masyarakat Indonesia.Â
Sejak kecil anak-anak lebih sering diajarkan berbicara daripada menulis untuk menuangkan isi pikiran atau gagasan.
Mereka tumbuh dalam lingkungan yang menghargai kemampuan berbicara secara fasih dibandingkan merangkai pemikiran dalam bentuk tulisan.Â
Dalam kehidupan sehari-hari obrolan lisan juga lebih sering digunakan untuk menyampaikan ide. Sedangkan menulis dianggap sebagai aktivitas akademik semata.
Akibatnya, keterampilan menulis tidak berkembang secara alami dan hanya dipelajari saat dibutuhkan untuk keperluan ujian atau tugas sekolah.