Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Aku Bercermin di Kaca 67 Tahun Laku Hidupmu

28 Mei 2020   14:04 Diperbarui: 29 Mei 2020   21:26 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Padhangmbulan/HARIADI

Selama 26 tahun itu pula Cak Nun mudik ke Jombang. "Saya tidak perlu menunggu Idul Fitri untuk mudik, karena pada malam Padhangmbulan saya pulang kampung," ucapnya.

Pada 27 Mei Cak Nun berusia 67 tahun. Usia yang terbilang tidak muda lagi. Apakah ini pertanda penulis naskah Lautan Jilbab dan drama Sunan Sableng dan Paduka Petruk yang ditunda pementasannya karena situasi pandemi, akan pensiun layaknya seorang pegawai negeri? 

Tidak ada kata pensiun.  Tidak ada kata berhenti.

Sebagaimana malam digantikan siang, dan siang menggantikan pagi, demikianlah hidup berjalan, terus berjalan dan akan terus berjalan sehingga tiada pilihan lain selain harus terus berjalan.

Ini bukan soal produktif atau tidak produktif. Semuanya terkait dengan hutang-hutang yang harus dibayarkan kepada Tuhan.

Tuhan memberi kita fasilitas untuk menjalankan hidup. Lengkap dan komplit. Tuhan tidak pernah undat-undat kecuali kita mengkhianati-Nya. Hutang ini harus terbayarkan melalui laku dan kerja yang bermanfaat.

Penjual nasi goreng, tukang parkir, cleaning service, sopir angkot, Camat, Bupati, Walikota hingga Presiden bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada sebanyak mungkin orang melalui profesi, pekerjaan, jabatan yang diembannya.

Maka, betapa remeh pekerjaan atau bahkan jabatan dan kekuasaan yang diburu-buru itu kalau malah menyorong pelakunya terjun bebas ke dasar jurang kehinaan akibat gagal mengelola keseimbangan dan kemanfaatan.

Menjadi apa pun: jadi Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Ketua Pembagi Zakat dan Sedekah, terserah apa jabatan dan kekuasaan yang digenggamnya, semuanya belum menjadi prestasi selagi dikuasai kepentingan pribadi.

Karier politik, karier jabatan, karier kekuasaan adalah takhayul. Orang bisa tertipu oleh takhayul bayangan yang diciptakannya sendiri. Ia membenar-benarkan khayalannya melalui frase usang seperti, "Saya mengabdi untuk umat. Yayasan ini milik masyarakat. Semuanya demi kepentingan bersama. Doakan jabatan ini bermanfaat bagi orang banyak."

Ternyata umat yang dimaksud adalah organisasi, golongan, jamaah, partai, keluarga, anak, istri, keponakan, yang ruang lingkupnya sebatas lingkaran individual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun