Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kepada Siapa Embun Pagi Engkau Persembahkan?

12 Juni 2019   08:58 Diperbarui: 12 Juni 2019   09:07 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepada siapa embun pagi ini engkau persembahkan ketika angin menerbangkan aroma lumpur sawah. Di atas pematang sosok kaki tua gemetar menapak tanah.

Aku berkemas menjaring butiran asa. Meniti pematang yang melintang-lintang serupa garis nasib. Aku menatap bibir tua merapal doa. Lututnya bergetar. Apakah takdir sedang bercengkerama dengan hizib, mantra, dan asma?

Padi permadani hijau engkau hamparkan di kelopak bola mata. Lumpur sawah adonan peradaban yang makin menua. Sosok tua matanya nanar menatap tembok beton, angkuh mengurung cakrawala. Lantas di manakah hizib, mantra dan asma melabuhkan dirinya?

Aku sosok purba pangling memahami dunia. Berteman dengan sisa kenangan yang usang. Gerangan makhluk apakah masa depan kalau masa silam adalah gelap yang dikutuk kelam?

Lumpur, pematang, cangkul adalah masa depan, ucap bibir tua. Suaranya lirih menekan dendam. Menanam adalah suratan bagi siapapun yang menginginkan hidupnya mekar bagai bunga mawar. Aku, engkau atau siapa saja yang masih manusia, sanggupkah bernafas tanpa rindang pohon cemara?

Trenggalek, 12 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun