Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"People Power" dan Menegakkan Kedaulatan Diri di Sinau Bareng

10 Mei 2019   23:20 Diperbarui: 11 Mei 2019   04:31 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau ikut "people power"? Datang saja ke Maiyah atau Sinau Bareng yang dihelat secara tentatif di berbagai kota atau yang digelar secara rutin oleh teman-teman Penggiat Simpul. Di Surabaya ada Bangbangwetan, Jakarta ada Kenduri Cinta, Semarang ada Gambang Syafaat, Yogyakarta ada Mocopat Syafaat, Malang ada Religi, serta lingkaran yang lain seperti di Purwokerto, Lampung, Banjarmasin.

Ambil tempat duduk yang nyaman. Syukur-syukur duduk tepat di depan panggung yang ketinggiannya di-setting untuk belajar bareng, berdialog secara multiarah dan sama sekali tidak mengandalkan satu atau dua orang penceramah. Rasakan pula atmosfer egalitariansme yang ajar, ajur, ajer sesama manusia.  

"People power" di Sinau Bareng dihadiri oleh masyarakat dari berbagi lapisan, tingkatan, golongan yang menanggalkan identitas mereka untuk bersama-sama memproses diri menjadi manusia aji. Proses itu disebut ngaji atau meng-aji agar bisa saling ngajeni, menghargai, teposeliro, merangkul, memayungi, memangku keragaman dalam kesadaran diri yang tegak dan seimbang.

Berbondong-bondong mereka datang dari pelosok dusun, kampung-kampung sempit di perkotaan, bantaran sungai yang kumuh, kampus perguruan tinggi yang megah, memadati tanah lapang, duduk lesehan, tidak dalam rangka merebut kekuasaan politik, mengkudeta pemerintah, menjatuhkan lawan atau mengolok-olok musuh.

Mereka betah duduk lesehan selama minimal empat atau lima jam. Di beberapa lokasi Sinau Bareng bahkan berlangsung hingga menjelang subuh. Jarang sekali didapati anak-anak kecil rewel. Bayi-bayi malah tidur di pangkuan ibunya atau pulas tidur di atas tikar plastik.

Mereka melakukan "people power", mengkudeta diri sendiri dari cara berpikir yang sempit dan picik, meruntuhkan tahta kekuasaan dialog yang beku satu arah, membongkar hegemoni perspektif berpikir yang dikotomis hitam putih, benar salah, menang kalah, atas bawah.

"People power" Sinau Bareng yang dihadiri ribuan orang itu bersepakat untuk tidak menuding-nuding dan mengarahkan telunjuk kepada siapa yang salah, melainkan menemukan apa yang salah. Sedangkan di tengah situasi turbulance yang menimpa nyaris setiap orang, golongan, ormas, institusi, lembaga serta sejumlah padatan-padatan sejarah lainnya, sangatlah mudah menuduh siapa yang salah seraya mengiklankan diri sendiri sebagai pihak yang benar.

Sinau Bareng menyadari bahwa yang pasti benar adalah Tuhan dan Nabi-Nya. Malaikat berada di jalur kepatuhan. Iblis berada di jalan pembangkangan. Adapun manusia adalah makhluk kemungkinan: mungkin salah mungkin benar.

Sinau Bareng membuka cakrawala kemungkinan itu melalui simulasi tema dialog sesuai kebutuhan hadirin. Tema yang dibahas bisa apa saja: kepemimpinan, kesehatan, pendidikan, politik, budaya, kesenian. Ringkasnya, Sinau Bareng mengabdi kepada prinsip hidup bebrayan, bukan sebaliknya: hadirin menyesuaikan diri kepada penceramah atau seseorang yang memberi mauidhoh atau tausiyah.

"People power" yang dimaksud adalah menegakkan kedaulatan, kebenaran, kebijaksanaan, kejujuran dan cinta kasih, yang dimulai dari diri sendiri. Aktualisasinya bergantung pada peran dan fungsi masing-masing pribadi--bisa dimulai dari lingkup dan lingkungan terdekat seperti keluarga, RT/RW, dusun atau desa.

"People power" yang ditawarkan Sinau Bareng dipastikan tidak mengancam apa atau siapa. Menjamin keamanan dan keselamatan merupakan pilar utama yang terus menerus ditegakkan. "Al-Muslimu man salima al-muslimuuna min lisaanihi wa yadihi," sabda Nabi Muhammad SAW. Muslim adalah orang yang menyelamatkan orang muslim lainnya dari lidah dan tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun