Yang menangis bukan lagi mata dan air mata
Ketika hati yang ditata selembut sapuan angin
Kini, mengkristal batu-batu padas
Yang menjerit bukan lagi mulut dan senyum ramah
Ketika terdengar rintihan sia-sia membentur tembok beton
Memantul ke muka sendiri sebagai ribuan anak panah
Kini, badan terkapar di jalan becek aspal lembab
Aku menyaksikan perang brubuh di dasar hati
Dipanglimai ambisi
Perang total
Perang bubat
Perang kata-kata
Adalah tangis abadi para bayi di lorong gelap sejarah
Kini, dikotori oleh pikiran yang menjarah
Satu tetes embun dicampakkan kasar oleh hentakan tawa yang memenuhi angkasa
Air mata dikuras
Mulut dikunci
Tangan diborgol
Kaki diserimpung
Hati dipenjara
Kini, manusia entah jadi apa
Jagalan, Maret 2019