Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Yang Menang Harus Bangsa Indonesia

21 April 2017   06:32 Diperbarui: 21 April 2017   16:00 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.antaranews.com/

Hidup bukan hanya ditandai oleh aktivitas biologis. Ketika hidup seseorang tidak memberi makna dan manfaat untuk orang lain, pada kadar dan kesadaran tertentu ia sedang mengalami kematian. Ia hidup dalam kematian. Wujudu ka adamihi, ada-nya seperti tidak ada. Ia hidup tapi (seperti) mati.

Pada kondisi sebaliknya, ketika seseorang mematikan eksistensinya, meniadakan ke-ada-annya, mengubur egoisme—ia akan mengalami hidup yang benar-benar hidup. Ia mati dalam kehidupan. Adamuhu ka wujudhi, tidak ada-nya seperti ada. Ia mati tapi (seperti) hidup.

Hidup dan mati harus dilihat secara lengkap, adil dan seimbang—wadah dan isi, wadag dan subtansi yang tidak terpisahkan.

Keadaan yang seakan bertolak belakang itu—ia hidup tapi seperti orang mati dan ia mati tapi seperti orang hidup—sekali lagi, bukan dikotomisasi untuk membelah dan memilah fakta hidup dan mati. Dua-duanya berlaku dan dikandung secara utuh oleh kesadaran setiap orang.

Pemenangnya Harus Bangsa Indonesia

Demikian pula dengan menang dan kalah, yang dalam fakta hasil Pilkada DKI pasti tidak berlaku sebagai kemenangan dan kekalahan secara seratus persen. Kekalahan Ahok dan kemenangan Anis adalah sejumput fakta menurut hasil perhitungan suara pemilih.

Namun, pada sisi dan dimensi yang lain, atau secara substansial, kekalahan Ahok dimuati oleh sejumlah potensi kemenangan. Anis pun sama—kemenangan itu pada sisi dan substansi yang lain dimuati oleh sejumlah potensi kekalahan.

Maka, kalah menang itu bergantung pada sisi pandang, sudut pandang, cara pandang dan dimensi pandang. Pengorbanan Ahok yang dikuyo-kuyo itu merupakan kemenangan pribadi untuk mematangkan jiwanya, serta kemenangan bagi bangsa Indonesia yang semoga makin terjaga kerukunan dan persatuannya.

Kemenangan Anis pun sejatinya mengandung sejumlah potensi kekalahan yang patut diwaspadai dan diantisipasi. Janji adalah hutang akan menjadi bumerang bila sekadar janji-janji semata. Potensi kekalahan yang mengendap diam-diam dalam kemenangan Anis, dan pasti akan menjadi ancaman bagi kekalahan bangsa Indonesia.

Kekalahan Ahok bisa diidentikkan dengan “kematian”—mematikan egoisme, subjektivisme, atau sejumlah unsur negatif pada umumnya manusia dan pemimpin—hingga pada momentum yang tepat, ia akan lahir dan hidup kembali sebagai manusia yang utuh, Ahok yang baru untuk Indonesia baru yang bermartabat.

Kemenangan Anis pun identik dengan “kehidupan”—menghidupkan martabat dan harga diri bangsa, mematangkan keadilan sosial bagi semua rakyat. Walaupun dengan tetap waspada pada potensi ancaman kematian yang setiap saat, setiap detik, selalu mengintai pemegang kekuasaan yang korup.

Ah, sudahlah, tidak ada menang kalah secara orang per orang. Yang menang harus bangsa Indonesia dan NKRI. []

jagalan 20.04.17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun