Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa Kabar Revolusi Mental?

18 Desember 2016   13:28 Diperbarui: 18 Desember 2016   17:25 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://vip.kompas.com/

Gerakan nano yang pernah saya sebut sebagai pendidikan lubang semut adalah kerja jangka panjang dan dimulai dari ruang lingkup paling kecil dan paling dekat dengan sejumlah pengkondisian cara berpikir yang bebas dari selimut. Mereka yang berdiri tegak dan memberikan peringatan, ajakan, himbauan, tawaran solusi adalah mereka yang telah mencampakkan selimut. Aplikasi gerakan yang ditawarkan terhindar dari terminologi solusi mendatangkan polusi, seperti nyanyian Jawa: Eee...dayohe teko.

Dan mari kita menatap kenyataan dan fenomena di sekitar kita secara apa adanya. Virtual Interaktif Kompas menampilkan catatan:

  1. Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW), Republik ini diduga menderita kerugian Rp 31,077 triliun akibat tindakan pidana korupsi sepanjang 2015.
  2. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyatakan, dalam sehari timbunan sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton atau setara 64 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, tantangan terbesar pengelolaan sampah ada pada penanganan sampah plastik.
  3. Data Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri menyebutkan, pada 2014 terjadi 85.756 kecelakaan yang merenggut nyawa 26.623 orang. Lalu, selama Januari-Juni 2016, terjadi 51.917 kecelakaan dengan 10.881 korban jiwa, merujuk data yang sama. Diam-diam, jalanan sudah menjadi "pembunuh massal", setiap hari.
  4. Suatu negara diyakini akan maju perekonomiannya, bila jumlah pengusaha juga makin banyak. Namun, nyatanya 4,125 juta orang saja atau setara 1,65 persen warga Indonesia menjadi pengusaha per 2014.
  5. Tak kurang dari 1.300 suku tercatat tinggal di Nusantara. Sensus mendapati, 79,45 persen penduduk Indonesia masih menggunakan bahasa daerah untuk percakapan harian.

Lima program strategis pun dijalankan, yakni Indonesia Melayani, Indonesia Bersih, Indonesia Tertib, Indonesia Mandiri, Indonesia Bersatu. Substansi perilaku dari lima program tersebut adalah gemar melayani, menjaga kebersihan lingkungan, berperilaku tertib, dan bersatu dalam perbedaan. Dimanakah kelima bibit perilaku itu ditanam? Tentu jawabnya adalah di keluarga dan sekolah.

Program pemerintah tersebut memang bersifat top-down. Tidak apa-apa, selama kita sanggup mengimbangi dengan gerakan down-top, misalnya melakukan gerakan se-nano apapun yang mengacu pada salah satu dari lima program strategis tersebut. 

Di pelosok dusun saya kerap “memprovokasi” penggiat pendidikan agar menanam bibit pemberdayaan dan gerakan edukasi yang khas dusun mereka sendiri. Satu yang sangat kita harapkan dari pemerintah khususnya terkait pendidikan: ciptakan iklim yang kondusif agar bibit pemberdayaan dan gerakan edukasi ini tidak terbentur tembok formalisme birokrasi yang kerap “makan ati”.

1.300 suku di Nusantara minimal akan memancarkan 1300 mozaik warna peradaban yang ditanam melalui ladang pendidikan. Harmoni warna peradaban yang hidup bersama di rumah bernama Indonesia. Alangkah indah. []

rumah ngaji 181216

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun