Mohon tunggu...
Achmad Orvala RHH
Achmad Orvala RHH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Roses are Red Haas is White, No Michael No That Was So Not Right

Selanjutnya

Tutup

Balap

Akademi dan Sirkuit Daerah Sebagai Pencegahan Balap Liar Serta Pengembangan Olah Raga Sepeda Motor di Indonesia

18 Juni 2022   08:09 Diperbarui: 18 Juni 2022   08:14 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balap. Sumber ilustrasi: PEXELS/Pedro Sandrini

Aksi balap liar ini sudah terjadi selama bertahun-tahun dan terjadi di berbagai tempat di kota-kota besar. Contohnya, aksi balap liar di kawasan DKI Jakarta terdapat di  Jl. Benyamin Sueb yang merupakan eks landasan udara Kemayoran, Jl. Asia Afrika yang digunakan balap liar mobil dan motor, Jl. Daan Mogot, JLNT Antasari, dan masih banyak lagi. Di Kota Surabaya terdapat di Jl. Kedung Cowek yang merupakan akses menuju Jembatan Suramadu. Dari hasil ini, balap liar di Indonesia merupakan balap drag race yang menggunakan jalanan lurus, panjang, dan cenderung sepi dari lalu lintas masyarakat dimana drag race ini mengandalkan akselerasi dan kecepatan dari kendaraan bermotor tersebut. Oleh karena itu, umumnya sepeda motor yang digunakan oleh joki balap liar adalah motor yang sudah ditingkatkan akselerasi mesinnya dan mengubah bentuk motor tersebut agar lebih ringan yang berpengaruh kepada akselerasi dan kecepatan motor tersebut. Kegiatan balap liar ini umumnya digandrungi oleh anak-anak mulai dari usia remaja bahkan anak-anak dibawah umur. Hal ini dapat terjadi karena minat dan hobi mereka adalah balapan motor seperti MotoGP atau Superbike yang dapat kita tonton di televisi dan dapat tersalurkan secara langsung karena mayoritas masyarakat di Indonesia memiliki sepeda motor. Hal ini akan berbeda jika olah raga bermotor yang dapat kita lihat adalah balapan mobil seperti Formula 1 dan Nascar. Karena tentu masyarakat Indonesia tidak semuanya memiliki mobil dan belum tentu semua orang bisa menyetir mobil. Karena sepeda motor merupakan kendaraan bermotor paling ringkas sehingga semua orang pun dapat mengendarai sepeda motor, seperti sepeda motor matic yang hanya mengandalkan gas dan rem yang semuanya dapat dikontrol dengan tangan.

Pandemi yang melanda Indonesia juga merupakan satu faktor yang mempengaruhi banyaknya anak-anak dibawah umur nekat menggunakan sepeda motor. Peran influencer yang memiliki hobi sepeda motor di sosial media juga berdampak besar bagi para pelaku balap liar ini. Masih banyak influencer yang mempertontonkan tindakan yang melanggar lalu lintas seperti tidak menggunakan helm saat berkendara, melanggar lalu lintas, melanggar marka jalan, mengendarai sepeda motor bodong atau tidak memiliki surat-surat, menggunakan knalpot bising, melakukan speeding atau memacu kecepatan motornya dengan kecepatan tinggi, dan yang paling parah adalah mengadakan balap liar. 

Konten-konten negatif tersebut sangat mudah diakses oleh siapapun di sosial media sehingga anak-anak dibawah umur tentu dapat mengakses dan parahnya meniru apa yang dilakukan oleh influencer tersebut. Anak-anak remaja dan di usia yang masih muda memang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan dan dengan apa yang ia lihat. Hasilnya, banyak anak-anak yang memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motor meskipun sudah dilarang oleh orang tuanya. Banyak anak-anak yang memodifikasi motornya seperti mengganti knalpot dengan knalpot bising ataupun melepas bagian-bagian motor yang merupakan bagian wajib seperti lampu motor atau spion. 

Dengan berdalih sunmori (Sunday morning ride) atau night ride, anak-anak dibawah umur tersebut menggunakan sepeda motor yang kebanyakan motor tersebut milik orang tuanya dan melakukan kebut-kebutan serta tindakan arogansi di jalan raya. Misalnya seperti yang terdapat dalam video IGTV akun @satpatwalpoldametrojaya yang melakukan operasi balap liar pada dini hari di Jalan Layang Non Tol (JLNT) Antasari, Jakarta Selatan dan di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Memang kedua kawasan tersebut sering digunakan sebagai tempat balapan liar. JLNT Antasari yang merupakan jalan yang berada di atas Jalan Raya Antasari memiliki jalur yang lurus dan sepi sehingga banyak anak-anak muda sering berbondong-bondong nekat naik ke jalan layang tersebut dan melaju dengan kecepatan tinggi. 

Sebenarnya sepeda motor tidak diperbolehkan masuk ke JLNT Antasari, tetapi tetap saja peraturan tersebut dilanggar oleh anak-anak “nakal” tersebut. Sedangkan kawasan Monas sering dijadikan ajang balapan karena memiliki tikungan yang disukai oleh para penggemar kebut-kebutan tersebut. Mirisnya, ketika dilakukan operasi tersebut, banyak dari mereka yang masih dibawah umur 17 tahun yang ikut tertangkap mengendarai sepeda motor di JLNT Antasari padahal waktu sudah memasuki dini hari.

Maraknya aksi balap liar dan arogansi di jalan raya yang ironisnya pelaku dari tindakan tersebut banyak yang masih dibawah umur seharusnya menjadi perhatian saksama bagi kita semua. Pemerintah seharusnya sadar dengan keresahan masyarakat karena maraknya aksi balap liar dan arogansi di jalan raya dengan menyediakan tempat seperti sirkuit dan menyelenggarakan event resmi sebagai wadah  bagi para pebalap liar ini. Karena balap “liar” terjadi karena tidak adanya tempat untuk melakukan balapan yang “legal” dalam hal ini sirkuit yang memiliki protokol keamanan yang jelas. Sebenarnya sirkuit di daerah-dareah di Indonesia tidaklah sedikit. Hanya saja, karena terbentur soal regulasi dan juga biaya untuk menyewa sirkuit tersebut yang menjadikan balap liar ini tetaplah ada. Kita sebut saja di kawasan Jabodetabek yang memiliki Sirkuit Sentul di kawasan Bogor. Atau di Surabaya terdapat sirkuit drag race yang berlokasi di area Stadion Gelora Bung Tomo. Namun adanya Sirkuit Sentul di Bogor maupun sirkuit drag race di Surabaya tidak membuat para pebalap liar ini berpindah dari jalanan ke sirkuit resmi. Disinilah peran kita sebagai masyarakat harus cermat dan bijak dalam menyikapi persoalan ini. 

Contohnya dengan membentuk suatu akademi balap motor yang sudah jelas memiliki izin dan perlengkapan yang lengkap. Karena dengan adanya akademi balap motor ini dapat memberikan wadah serta edukasi terutama bagi anak-anak muda mengenai olah raga bermotor ini. Karena sejatinya semua olah raga terdapat ilmu (sport science) yang harus diterapkan bila ingin mahir dan menjadi atlet profesional. Begitu pula dengan balap motor. Calon atlet harus tahu cara mengendarai motor dengan benar, harus tahu perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, dan harus tahu regulasi dalam balap motor tersebut. Atau bisa saja masyarakat melalui pihak swasta membangun sirkuit yang memang digunakan khusus untuk kegiatan-kegiatan balapan seperti latihan maupun acara resmi perlombaan balap motor.

Seperti olah raga bulu tangkis misalnya PB Djarum yang memiliki fasilitas baik itu fasilitas berupa lapangan bulu tangkis yang banyak, fasilitas kesehatan, dan memiliki pelatih-pelatih yang berkualitas. Hasilnya, banyak sekali atlet-atlet didikan PB Djarum yang berhasil masuk pelatnas dan membawa nama Indonesia di turnamen internasional. Ini yang harusnya dapat dijadikan sebagai contoh bagi industri olah raga sepeda motor di Indonesia. 

Terlebih, olah raga bermotor yang paling disukai oleh masyarakat Indonesia adalah olah raga sepeda motor. Karena memang sepeda motor sangat relevan dengan masyarakat Indonesia. Faktor yang lainnya adalah karena sampai saat ini hanya olah raga balap motor seperti MotoGP atau World Superbike (WSBK) yang dapat kita lihat di layar televisi kita secara gratis, atau melihat langsung di Sirkuit Mandalika di Lombok. Bahkan ajang balap World Superbike yang diselenggarakan di Sirkuit Mandalika mendapatkan feedback positif dari segi jumlah penonton dimana seluruh tiket habis terjual.

Dengan demikian, masalah ini sudah seharusnya diselesaikan dengan cepat. Pemerintah beserta jajaran kepolisian dan IMI selaku organisasi induk yang menaungi olah raga bermotor di Indonesia sudah seharusnya merencanakan mega plan untuk membangun sirkuit di daerah-daerah yang memiliki potensi. Tidak perlu semua daerah, mungkin hanya di kota-kota besar saja dengan ditambah regulasi yang jelas serta kehadiran kompetisi resmi dibawah pengawasan IMI maupun Pemerintah melalui Kemenpora. 

Dengan hadirnya sirkuit-sirkuit yang layak dapat membangkitkan kesadaran para pembalap liar bahwa tidak ada alasan lagi untuk melakukan balap liar. Selain itu hadirnya sirkuit-sirkuit daerah justru dapat disadari oleh masyarakat dengan melihat potensi yang ada yaitu hadirnya akademi-akademi balap motor sehingga kedepannya dapat membimbing anak-anak muda agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan seperti balap liar dan mendidik anak-anak muda tentang balapan yang benar, di tempat yang benar, dan menggunakan perlengkapan yang benar. Harapannya jika kedua potensi ini dapat dimaksimalkan dengan baik, bukan tidak mungkin kita melihat banyaknya pembalap-pembalap motor yang berasal dari Indonesia mendominasi dan menguasai ajang balap motor di kancah internasional seperti MotoGP maupun World Superbike.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun