Mohon tunggu...
Achmad Irfan
Achmad Irfan Mohon Tunggu... Administrasi - KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam)

Saya Suka membaca dan menulis tentang sosial,politik, Hukum, Ekonomi, Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Pasokan Gas dan Dampak Penggunaan Kompor Listrik

22 September 2022   13:28 Diperbarui: 22 September 2022   13:46 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saluran pipa gas PT. Perusahaan Gas Negara (dok Humas PGN)

Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia, membawa dampak positif dalam  memenuhi kebutuhan masyarakat. Gas bumi merupakan hasil dari kekayaan alam yang melimpah, menurut data Badan Pusat StatistiK (BPS), nilai ekspor gas Indonesia tahun 2021 mencapai US$ 7,48 miliar atau naik 38,6% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Potensi gas bumi Indonesia cukup besar, dengan cadangan  sekitar 41,62 TCF. "Indonesia dapat mengoptimalkan peran LNG. Seperti yang diproyeksikan dalam Neraca LNG Indonesia, akan ada peningkatan produksi LNG pada tahun 2028. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami surplus gas hingga 1715 MMSCFD yang berasal dari beberapa proyek potensial di berbagai wilayah Indonesia," papar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji.  

Manfaat penggunaan gas bumi sangat vital untuk kehidupan masyarakat, seperti untuk bahan bakar kendaraan, pembuatan pupuk, perindustrian, pembangkit listrik, perdagangan , keperluan rumah sehari-hari dalam hal bahan bakar kompor untuk  memasak dan yang lainnya. 

Saat ini pemerintah melaui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaui PT. PLN melakukan uji coba koversi gas LPG 3 kg ke kompor listrik 1.000 watt. Penggunaan gas LPG 3 kg digunakan untuk keperluan rumah tangga dan usaha mikro , sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji Nomor B-2461/MG.05/DJM/2022 yang ditandatangani 25 Maret 2022. 

Mengenai uji coba pemerintah  terkait konversi kompor gas elpiji ke  kompor listrik perlu di tinjau dari berbagai aspek sebagi berikut :

1. Sosialisasi penggunaan Kompor listrik
Sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya sektor rumah tangga dan usaha mikro masih menggunakan dan masih nyaman menggunakakan kompor gas elpiji.

2. Daya kompor listrik minimal 1.000 watt dan pengisian daya yang belum terfasilitasi
Dengan Daya kompor listrik minimal 1.000 watt, untuk pengisian ulang daya agak merepotkan masyarakat terutama bagi pedagang usaha mikro, karena harus mencari tempat charge yang terjangkau dan daya listrik masyarakat myoritas 1.300 VA. Selama ini masyarakat mudah dalam pengisian ulang tabung gas elpiji karena sudah banyak tersedia di agen dan toko-toko terdekat.

3. Perawatan kompor listrik harus  berkala dan lebih rumit
Perawatan Kompor listrik harus teratur karena harus dibersihkan  secara berkala dan jika terjadi kerusakan komponen kompor listrik masih langka dan biaya perbaikannya cukup mahal.

4. Waktu memasak menggunakan kompor listrik relatif lebih lama
Untuk  sektor rumah tangga dan usaha mikro tempo kecepatan dalam hal memasask sangat diperlukan, jika menggunakan kompor listrik membutuhkan waktu yang leboh lama ini jelas tidak efektif dalam hal efisiensi waktu memasak.

Dari kesimpulan tersebut penggunaan kompor listrik kurang relevan untuk saat ini, khususnya untuk sektor rumah tangga dan usaha mikro. Dibutuhkan sosialisasi serta sara dan prasarana yang memadai agar kompor listrik bisa digunakan secara massal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun