Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Freelance KOL Specialist - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Fiksi Ramadan] Kado Ulang Tahun

14 Mei 2020   22:47 Diperbarui: 14 Mei 2020   22:42 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kado ulang tahun (pixabay)

Azis merebahkan badan di kasur nyaman yang ada di kamar kostnya yang kecil. Ia lihat telepon genggam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Ia lupa tak memberi kabar pada orangtuanya hari itu.

Sejenak Ia masih ragu untuk menghubungi kedua orangtuanya. Rasa kesal di dasar hati masih berkecamuk dalam diri. Ia tetap tak bisa menerima perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya. Ia terlanjur cinta mati dengan Sabrina.

Hubungan jauh antar anak dan orangtua itu sudah cukup lama sebelum Ramadan. Masing-masing keras kepala. Disitulah tak pernah ada titik temu untuk bercengkerama. Azis masih ingat jelas saat ayahnya tak bisa mengontrol emosi. Ia merasa sudah dewasa dan punya pilihan sendiri untuk menentukan pasangan hidupnya.

Beberapa kali ada pesan masuk dari ayahnya, Ia tak pernah membalasnya. Pandangan matanya hanya tertuju pada percakapan dengan Sabrina karena hanya dia yang memberi perhatian dalam hidupnya.

Kesyahduan malam itu semakin merasuk. Angin dari luar jendela ikut masuk. Sejujurnya, ada sedikit rasa mengganjal dalam hati Azis. Tapi, Ia tak pernah tahu pasti karena sejurus Ia merasa sepi hari itu. Hanya ada rasa kosong tentang kehangatan dan kenyaman dari keluarga yang dirindukan.

Notifikasi percakapan dari Sabrina kembali berbunyi "Sayang, kapan kamu mau melamar aku? Papaku sudah bertanya terus setiap hari nih!!"

Azis tak berkutik. Ia semakin bingung ada rahasia apa yang disembunyikan semesta. Semua hanya bisa diam. Hatinya terasa samar untuk menerka siapa yang harus Ia pilih, sosok yang dicintainya atau si dia yang telah dipilihkan oleh ayahnya.

Telepon genggam bergetar kembali, tak sengaja jempol Azis menekan tombol dan membuka sebuah pesan yang tertulis:
"Nak, percayalah! Ayah selalu ingin memilihkan yang terbaik untukmu. Apapun pilihanmu kelak, kau tetaplah anakku!!"

Ia baca kata demi kata berulang. Ia tak paham betul apa maksudnya. Pikirannya semakin terbebani dengan dua sudut pandang yang berlainan. Apakah ayahnya sudah menyetujui pilihannya? Atau itu hanya taktik ayah untuk menyenangkan hati kecilnya.

Pandangan Azis mulai berubah. Ia melihat ada kotak kado yang masih terbungkus rapi di atas lemari. Kado itu diraihnya dan Ia ingat betul kalau kado itu dikirimkan oleh ayahnya saat ulang tahun. Ia pun membuka kado itu.

"Dasar Azis bodoh", desisnya saat melihat isi kado. Hatinya tiba-tiba sesak. Ia ragu untuk meluapkan marah terhadap dirinya sendiri. Pandangannya samar dan Ia sadar bahwa ada orang yang akan dikecewakan. Entah kenapa butiran bening menetes di pipi seolah ada rima diantara ambiguitas logika dan perasaan.

Azis hening sejenak dengan rasa. Emosinya dikesampingkan. Lalu, kenangan datang dalam benaknya. Ia masih ingat betul bahwa ayahnya selalu mewujudkan angan-angan yang bersemayam dalam dadanya. Ia mengenal betul ayahnya yang tak pernah ragu saat mengambil keputusan untuk keluarga. Ia mengenal ayahnya dari semua sisi sebagai imam dalam keluarga.

Ketulusan seorang ayah yang merawatnya sejak kecil. Keikhlasan yang selalu terpancar tanpa lelah saat mereka bertatap muka. Kenyamanan itu semua rusak hanya karena rasa sesak amarah yang dipendamnya. Ia merasa jadi pengecut alias tak berani menerima situasi yang ada hingga mengambil jalan pintas keluar dari rumah.

Azis pegang kembali isi kado yang dikirim ayahnya. Kado dengan ukuran sedang itu berbentuk kotak persegi dan diberikan beberapa hari lalu saat Ia berulang tahun ke 32. Tak ada perayaan hari itu, tapi ayahnya menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat hari lahir padanya.

Ia kembali menatap isi kado. Ia ingat betul perkataan ayahnya "Bahwa tidak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain pada Tuhan. Tuhan-lah yang Maha Kuasa akan segala sesuatunya." Pernyataan itulah yang sedari tadi menghubungkan pikirannya saat membuka kado ulang tahun yang didapat.

Azis terlalu sibuk dengan urusan dunia. Beberapa kali, Ia merasa sudah berpikir dewasa. Tapi, hatinya tetap saja hampa. Ia tak pernah menemukan kebahagiaan. Sesungguhnya rida Allah SWT itu tergantung pada rida orang tua.

Ia bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Ia ambil peci dan baju koko dari dalam lemari. Ia lihat kembali ke dalam isi kado dan Ia pakai sarung yang diberikan oleh ayahnya. Disepertiga malam, Ia bersujud dan berdoa untuk mencari apa jawaban yang berpihak kepadanya. Ia hanya ingin semesta menjadi indah dan orang-orang yang disayanginya akan tersenyum melihat pilihannya.

Hati Azis mulai lirih. Tiba-tiba kekosongan dalam jiwa tak lagi terasa hampa. Perasaan pilu yang buntu berhasil diremas. Ingatannya terus memutar balik waktu. Tak ada lagi ilusi yang mengganggu.

Azis melipat sarung yang dikenakannya. Ia tak lagi menaruh sarung di dalam kotak kado ulang tahun yang telah terbuka. Ia tak mau bungkam karena ada komitmen pasti yang harus Ia ikrarkan dalam ikatan janji suci. Ia tak akan menyalahkan keputusannya.

Sarung yang diberi oleh ayahnya telah mengantarkannya untuk mendapat jawaban. Kado ulang tahun yang selama ini diabaikan ternyata punya cara untuk membuka persoalan yang ada didalam dirinya. Azis memasang earphone di telinga dan sayup terdengar melodi suara Afgan menyanyikan lagu "Padamu Ku-Bersujud"

Kau tempatku meminta
Kau beri ku bahagia
Jadikan aku selamanya
Hamba-Mu yang selalu bertakwa

Ampuniku, Ya Allah
Yang sering melupakanmu
Saat kau limpahkan karunia-Mu
Dalam sunyi aku bersujud

Padamu Ku Bersujud
Padamu Ku Bersujud

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun