Kampung Budaya Polowijen berada di RT 03 RW 02 kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang diresmikan pada 1 April 2017. Sekitar belasan rumah warga yang berada di sekitarnya, untuk menghadirkan aura tempo dulu, di Kampung Budaya Polowijen dibangun beberapa rumah dengan bagian tembok yaitu berupa anyaman bambu, gazebo yang terdapat di atas sungai, terdapat juga perpustakaan serta panggung.Â
Adapun di sisi utara merupakan areal persawahan, sehingga membuat suasana kampung benar-benar terasa nyata. Padahal, daerah tersebut sebenarnya masuk permukiman Kota Malang yang padat penduduk.
Tidak jauh dari Kampung Budaya Polowijen, terdapat situs budaya makam Mbah Ki Tjondro Suwono atau bisa disebut mbah Reni. Mbah Reni diyakini sebagai orang pertama yang membuat topeng malangan, dan tercatat meninggal pada 1935.
Disini mahasiswa KKN UM yang bertempat di kampung budaya polowijen tidak lupa juga untuk melestarikan budaya di kampung tersebut yaitu salah satunya dalam mengikuti pembuatan topeng malangan.Â
Terdapat Tiga jenis topeng yang dibuat yakni topeng dari kayu, gerabah dan topeng dari fiber. Untuk mengetahui proses pembuatan topeng malang ini Anda bisa datang langsung ke Kampung Budaya Polowijen.
- Resin dituang di kaleng secukupnya
- Lalu tambahkan Tepung talk aduk sampai kental
- Ditakar di cup kecil untuk takaran cetakan topeng lalu ditambahi katalis secukupnya
- Campuran diaduk pelan dan usahakan tidak ada gelembung,
- lalu dituang ke cetakan topeng mulai dari samping agar mudah proses perataannya
- cairan diratakan,lalu dilspisi dengan kasa/ fiber untuk lapisan ke 2
- lalu terakhir di lapisi lagi dengan adonan yang dicampur katalis untuk lapisan ke 3
- Ditunggu sampai kering, setelah kering lepaskan dari cetakan lalu rapikan sampingnya menggunakan amplas sampai halus setelah melakukan pengecatan sesuai dengan contoh topeng.
Dalam pembuatan topeng tersebut tentunya mahasiswa KKN UM dibantu oleh warga setempat, beberapa warga yang terus bergelut dalam pembuatan topeng malangan ini yaitu Pak Didik, Mas Atim dan Mas Sena.Â
Mereka mengajari mahasiswa KKN UM dengan cara dibagi menjadi 2 ronde karena ada 18 mahasiswa maka untuk hari pertama di lakukan 9 orang dan hari ke-dua 8 orang yang berbeda jadi tidak langsung 17 orang agar mahasiswa bisa diperhatikan semua oleh para pengrajin topeng dalam pelatihannya dan agar para pengrajin yang melatih tidak terlalu repot dalam mengajari mahasiswa KKN tersebut. Berikut beberapa karya topeng yang dihasilkan oleh Mahasiswa KKN UM :