Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ki Ageng Sela dan Kisah Terjadinya Petir

7 Februari 2020   07:36 Diperbarui: 7 Februari 2020   07:37 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://ndaru999.blogspot.com/

KI AGENG Sela yang bernama asli Selarasa memiliki putra Ki Ageng Enis. Sesudah dewasa Ki Ageng Enis yang menikah dengan putri Buyut Laweyan itu memiliki putra bernama Raden Pemanahan. Sejak kecil, Pemanahan tinggal bersama Ki Ageng Sela kakeknya. Tinggal di desa Sela.

Bersama cucunya, Ki Ageng Sela bekerja di sawah. Sebelum datang tengah siang, hujan turun sangat lebat. Ketika para petani pulang ke rumah, Ki Ageng Sela masih mencangkul di sawah. Sementara, Pemanahan yang masih berteduh di gubuk saat hujan menyisakan gerimis itu menyaksikan Ki Ageng Sela tengah berkelahi dengan seorang lelaki tua.

Kasihan dengan Ki Ageng Sela, Pemanahan pergi ke kampung terdekat. Meminta bantuan pada orang-orang agar membantu kakeknya yang tengah berkelahi dengan lelaki tua di sawah. Dipimpin Ragajaya dan Ragamulya, orang-orang yang bersenjata cangkul, sabit, dan parang itu berlari ke sawah.

Oleh Ki Ageng Sela yang berhasil merangket lelaki tua musuhnya, orang-orang kampung itu diminta pulang ke rumah masing-masing. "Selain Ragajaya dan Ragamulya, kalian pulanglah! Begitu juga kamu, Pemanahan. Pulanglah! Aku akan membawa orang tua yang sangat berbahaya ini ke Kesultanan Demak."

Bersamaan pulangnya Pemanahan dan orang-orang ke rumah, Ki Ageng Sela beserta Ragajaya dan Ragamulya membawa lelaki tua itu ke Kesultanan Demak. Sesudah dihadapkan pada Sultan Demak, lelaki tua yang sangat berbahaya itu dimasukkan di dalam penjara. Sementara, Ki Ageng Sela beserta Ragajaya dan Ragamulya pulang ke Sela.

Sehari kemudian, datanglah seorang perempuan tua ke penjara Demak, di mana lelaki tua itu ditahan di dalam terali besi. Kepada para prajurit, perempuan tua yang membawa satu gayung air meminta izin untuk mengirim minum pada si lelaki tua. Perempuan tua itu melangkah menuju penjara di mana si lelaki tua ditahan sesudah para prajurit mengizinkannya.

Di depan pintu ruang penjara si lelaki tua, perempuan tua itu menyiramkan segayung air. Sontak muncul ledakan yang sangat dahsyat. Hingga hancur penjara Demak. Para prajurit yang sedang jaga itu tewas dengan tubuh hancur terbakar. Sementara, perempuan dan lelaki tua itu musnah dari pandangan.

Sejak peristiwa hancurnya penjara Demak itu, orang-orang mengatakan bila petir yang meledak ketika hujan merupakan jelmaan lelaki tua itu. Makhluk gaib yang semula berkelahi dengan Ki Ageng Sela hingga berhasil ditangkap dan diserahkan kepada Sultan Demak. [Sri Wintala Achmad]

Catatan:

Cerita ini berdasarkan naskah kuna Babad Dipanegara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun