Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang dan Perebutan Tahta Kekuasaan Raja-Raja Jawa

17 September 2019   09:40 Diperbarui: 17 September 2019   09:54 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bukalapak.com

MENCERMATI perang saudara di lingkup kerajaan Jawa sejak Singhasari pada era pemerintahan Kertanagara hingga Kasunanan Surakarta pada era pemerintahan Sunan Pakubuwana III cukup menarik. Beberapa hal yang paling menarik untuk dikemukakan bahwa perang saudara di lingkup kerajaan-kerajaan di Jawa itu karena faktor politik yang berkaitan dengan perebutan atau keinginan untuk mendapatkan tahta kekuasaan, balas dendam, legitimasi pewaris tahta kerajaan, atau upaya untuk mendapatkan wilayah kekuasaan.

Perebutan Tahta Kekuasaan

Menjelang runtuhnya Singhasari, Kertanagara ingin memerluas wilayah kekuasaannya sampai luar Pulau Jawa. Melaui Ekspedisi Pamalayu, Kertanagara ingin menguasai wilayah-wilaya di Pulau Sumatera. Namun melalui ekspedisi yang tidak memertimbangkan keamanan di dalam negeri itu, justru Singhasari mengalami keruntuhannya akibat pemberontakan Jajakatwang. Adipati Gelanggelang yang masih saudara sepupu, saudara ipar, atau besan.

Motivasi pemberontakan Jayakatwang yang dihasut oleh Aria Wiraraja (adipati Sumeneb) yakni ingin merebut tahta kekuasaan Singhasari. Akibat pemberontakan itu, Kertanagara tewas dan sejarah Singhasari pun berakhir. Mengingat sesudah menjadi raja, Jayakatwang memindahkan ibukota Singhasari ke Dhaha. Suatu wilayah di Kadiri.

Sesudah menjadi raja, Jayakatwang diturunkan oleh Dyah Wijaya (menantu Kertanagara) melalui pasukan Tartar atau Mongolia yang ingin berbalas dendam pada Kertanagara. Turunnya Jayakatwang dari tahta kekuasaannya, maka Dyah Wijaya yang ingin menjadi raja tanpa bayang-bayang Dhaha itu dapat merealisasikan cita-citanya. Arkian, berdirilah Kerajaan Majapahit.

Pada era Majapahit, perebutan kekuasaan yang berkedok pemberontakan yakni dilakukan oleh Ra Kuti terhadap pemerintahan Jayangara, Dyah Kertawardhana terhadap Dyah Kertawijaya, Dyah Kertabhumi terhadap Dyah Suprabhawa, Girindrawardhana Dyah Ranawijaya terhadap Dyah Kertabhumi.

Perebutan tahta kekuasaan kembali terjadi semasa pemerintahan Arya Pangiri di Kesultanan Pajang. Arya Pangiri (menantu Sultan Hadiwijaya) turun tahta dan kembali ke Demak sesudah diserang Pangeran Banawa (putra Sultan Hadiwijaya) dan Panembahan Senapati (Mataram).

Di masa pemerintahan Sunan Amangkurat II (Kasunanan Kartasura) pula terjadi perebutan kekuasaan yang berkedok pemberontakan. Akan tetapi, pemberontakan Pangeran Puger itu tidak membawa hasil. Bahkan Pangeran Puger kemudian menjadi bawahan Sunan Amangkurat II.

Akan tetapi, pemberontakan Pangeran Puger untuk mendapatkan kekuasaan Kartasura berhasil semasa pemerintahan Sunan Amangkurat III. Dengan mendapatkan dukungan Kumpeni dan Arya Mataram, Pangeran Puger mampu menguasai Kartasura. Ketika menjadi raja, Pangeran Puger dikenal dengan Sunan Pakubuwana I.

Balas Dendam 

Perang saudara dalam sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa terjadi semasa pemerintahan Dyah Kertabhumi di Majapahit. Karena Dyah Kertabhumi mampu menjadi raja sesudah berhasil melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Dyah Suprabhawa, maka Girindrawardhana Dyah Ranawijaya putranya berbalas dendam. Melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Dyah Kertabhumi. Sesudah pemberontakannya berhasil, Girindryawardhana Dyah Ranawijaya memindahkan ibukota Majapahit dari Majakerta ke Dhaha (Kadiri).

Balas dendam yang memicu timbulnya perang saudara pula dilakukan Arya Penangsang (kadipaten Jipang Panolan) terhadap Sunan Prawata (Kesultanan Demak). Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawata melalui Rangkut abdinya, karena raja Demak itu semula sebagai dalang atas terbunuhnya Raden Kikin (Pangeran Seda Lepen) ayanya. Sesudah berhasil membunuh Sunan Prawata, Arya Penangsang menjabat sebagai raja Demak dengan ibukota di Jipang Panolan.

Peristiwa terbunuhnya Sunan Prawata di tangan Rangkut dan Pangeran Kalinyamat di tangan Arya Penangsang memicu dendam Ratu Kalinyamat terhadap penguasa Jipang Panolan itu. Berkat dendam Ratu itulah, Sultan Hadiwijaya yang menyanggupi permintaan Ratu Kalinyamat mengumumkan sayembara bahwa siapapun dapat membunuh Arya Penangsang akan mendapat hadiah tanah Mentaok dan Pati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun