Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Hitam Putih Yudistira] Raja Indraprasta yang Suka Main Dadu

24 Juli 2019   06:23 Diperbarui: 24 Juli 2019   06:44 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://maneges59.blogspot.com 

NAMA Yudistira sang Maharaja Indraprasta diketemukan di dalam Kakawin Parthayajna, Kakawin Arjunawiwaha, Kakawin Baratayuda, dan beberapa kakawin lainnya. Selain dikenal sebagai Yudistira, putra Sang Hyang Bathara Darma dan Dewi Kunti tersebut dikenal dengan nama: Kurumukhya, Kurunandana, Pandawa, Partha, Puntadewa, Gunatalikrama, dan Samiaji.

***

Dari pelacakan rekam jejak kehidupan Yudistira sejak kelahiran hingga kemangkatannya, timbullah suatu keinginan untuk mengetahui lebih jauh mengenai keteladanan yang bisa diterapkan sebagai pedoman hidup bagi setiap manusia. Adapun keteladanan Yudistira, menurut hemat penulis, sebagai berikut:

Berjiwa Luhur dan Dermawan

Jikalau menilik dari salah satu nama Yudistira yakni Puntadewa, Raja Indraprasta itu memiliki jiwa luhur sebagaimana jiwa yang dimiliki oleh para dewa. Hal itu dapat dibuktikan kalau Yudistira tidak pernah menanam dendam terhadap Korawa yang selalu berusaha untuk mencelakai dan membunuhnya. Berkat keluhuran jiwanya, Yudistira memerintahkan Bima untuk membebaskan Doryudana yang ditangkap oleh raksasa Citrasena di Hutan Wanaparwa ketika akan mencelakainya.

Di dalam Pewayangan Jawa, keluhuran jiwa Yudistira sang ksatria berdarah putih itu disebutkan sebagai raja lila donya lan pati. Artinya, Yudistira selalu rela apabila harta, benda, dan bahkan kematiannya diminta oleh orang lain. Takhta atau istrinya akan diberikan dengan cuma-cuma pada orang lain tanpa suatu perundingan atau peperangan.

Selain berjiwa luhur, Yudistira yang dikenal dengan nama Darmakusuma itu memiliki jiwa dermamawan sebagaimana Bathara Darma. Karenanya, Yudistira selalu berderma kepada siapapun tanpa mengharapkan imbalan apapun. Derma yang diberikan oleh Yudistira kepada sesama tanpa memandang suku, agama, dan ras itu tidak hanya berupa harta dan benda; namun pula pemikian dan karya nyata

Pandai Bertutur Bahasa

Mengacau pada nama Yudistira yang lain yakni Gunatalikrama, maka bisa dikatakan bahwa Raja Indraprasta itu merupakan seorang yang lihai dalam bertutur kata. Dalam Pewayangan Jawa, tutur kata Yudistira dilukisan memiliki nada lembut dan tidak tergesa-gesa. Tutur kata dengan mencitrakan sifat Yudistira yang penuh sopan santun, rendah hati, dan sabar.

Karena kelihaiannya di dalam bertutur bahasa itulah, Yudistira dihormati dan dihargai oleh saudara-saudaranya, para punggawanya, serta seluruh kawula Indraprasta. Dengan demikian, Yudistira telah menerapkan mutiara Jawa yakni ajining dhiri saka ing lathi (harga diri terletak pada tutur kata) selalu menjaga pembicaraannya agar dihargai oleh orang lain.

Menghormati Orang Lain

Selain memiliki nama Yudistira, ia pula memiliki nama Samiaji. Artinya, Yudistira salalu menghormati orang lain, agar orang lain dapat menghormati dirinya. Dari sini dapat dipahami, bahwa Yudistira merupakan salah seorang tokoh yang selalu menganggap bahwa semua manusia adalah setara. Tidak ada yang paling tinggi di hadapan Tuhan.

Sekalipun berstatus sebagai raja, Yudistira tetap menghormati rakyatnya. Karena sikap itulah, seluruh rakyat Indraprasta justru tidak berkehendak membelot dari perintah Yudistira atau melakukan kudeta kekuasaannya, melainkan selalu patuh untuk melaksanakan sabdanya. Demikian pula, seluruh rakyat selalu ikhlas untuk membayar upeti (pajak) pada raja, yang mana upeti itu akan digunakan sebagai sarana pembangunan bangsa dan Negeri Indraprasta.

Pandai Memerangi Nafsu Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun