Pendapat dari kedua naskah baik Babad Tanah Jawa dan Serat Darma Gandhul tersebut diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai kebenaran. Padahal kalau dikaji berdasarkan fakta sejarahnya, tidak benar. Karenanya, keyakinan akan kebenaran Perang Sudarma-Wisuta antara Prabu Brawijaya dengan Raden Patah tersebut perlu diluruskan.
Berdasarkan fakta sejarah, tidak pernah terjadi Perang Sudarma-Wisuta. Mengingat Raden Patah tidak pernah menyerang Bhre Kertabhumi (raja Majapahit beribukota Majakerta) ayahnya. Adapun  yang diserang Raden Patah adalah Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Raja Majapahit dengan ibukota Daha yang menggulingkan kekuasaan Bhre Kertabhumi.
Serangan Raden Patah pada Dyah Ranawijaya dikarenakan untuk mendapatkan legitimasi sebagai pewaris tahta Majapahit. Di samping, serangan Raden Patah tersebut dapat ditafsirkan sebagai bentuk balas dendam terhadap Girindrawardhana Dyah Ranawijaya yang telah menggulingkan kekuasaan Bhre Kertabhumi ayahnya.Â
Dari penjelasan di muka, muncul dugaaan bahwa Babad Tanah Jawa dan Serat Darma Gandhul mengidentikkan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya dengan Bhre Kertabhumi sebagai Brawijaya V. Padahal Dyah Ranawijaya bukan ayah Raden Patah, melainkan saudara iparnya.
Hal ini dibuktikan ketika Dyah Ranawijaya berhasil ditundukkan oleh Raden Patah tetap diampuni. Sehingga Dyah Ranawijaya tetap menjabat pimpinan Majapahit, sungguhpun bukan sebagai raja dengan otoritas penuh, melainkan sebagai raja bawahan Demak. [Sri Wintala Achmad]