SAMUDERA Pasai merupakan kerajaan yang pernah dipimpin oleh seorang ratu bernama Sultanah Nahrasiyah. Ketika menjabat sebagai raja, Sultanah Nahrasiyah menikah dengan Malik Musthofa yang bergelar Pocut Cindan Simpul Alam. Tidak dikisahkan siapakah putra dari Sultanah Nahrasiyah yang lahir berkat perkawinannya dengan Malik Musthofa.
Sejarah mencatat bahwa bukan hanya Samudera Pasai yang pernah dipimpin oleh seorang ratu, Aceh Darussalam pun pernah dipimpin oleh seorang wanita. Bahkan bukan hanya seorang, melainkan empat orang yang berkuasa pada era pemerintahan yang berbeda. Mereka adalah Sultanah Safiatuddin, Sultanah Naqiatuddin, Sultanah Zaqiatuddin, dan Sultanah Zainatuddin. Dari keempat ratu tersebut memiliki kisah cinta yang berbeda.
Semasa menjabat sebagai raja, Sultanah Safiatuddin menikah dengan Sultan Iskandar Tsani, seorang raja yang memerintah di Aceh Darussalam pada tahun (1637-1641). Karena sepeninggal Sultan Iskandar Tsani tidak ada penggantinya, diangkatlah Sultanah Safiatuddin sebagai raja.
Ratu kedua Aceh Darussalam adalah Sultanah Naqiatuddin. Tidak diketahui secara pasti tentang siapakah suami dari Sultanah Naqiatuddin. Karenanya, tidak dapat disebutkan tentang siapakah putra (keturunan) dari Sultanah Naqiatuddin. Â Sebagaimana Sultanah Naqiatuddin, Sultanah Zaqiatuddin yang merupakan pemimpin wanita Aceh Darussalam ketiga tersebut tidak diketahui tentang siapakah suaminya.
Paska pemerintahan Sultanah Zaqiatuddin, Aceh Darussalam dipimpin oleh Sultanah Zainatuddin. Ketika menjabat sebagai raja, Sultanah Zainatuddin menikah dengan Sayid Ibrahim.Â
Karena desakan politik yang tidak menghendaki wanita sebagai raja, Sultanah Zainatuddin digantikan Sayid Ibrahim. Sewaktu menjadi raja, Sayid Ibrahim menggunakan gelar Sultan Badrul Alam.
Ratu-Ratu di Kalimntan dan Sulawesi
SEJARAH mengenai wanita yang menjabat sebagai ratu tidak hanya di Jawa atau Sumatera, namun pula di Kalimantan. Kerajaan Kutai Martapura (Kalimantar Timur) pernah dipimpin oleh seorang ratu bernama Maharatu Mayang Mulawarni atau yang sering disebut dengan Ratu Aji Bidara Putih. Namun semasa menjadi ratu di Kutai Martapura, tidak diketahui secara pasti tentang siapakah suaminya.
Dari Pulau Kalimantan, beralih ke Pulau Sulawesi. Di pulau inilah pernah berdiri tiga kerajaan besar yakni Gowa, Bone, dan Buton. Kerajaan Gowa pernah dipimpin oleh seorang ratu bernama Tumanurung. Semasa menjadi raja, Tumanurung menikah dengan Karaeng Bayo. Dari pernikahannya dengan Karaeng Bayo, Tumanurung memiliki putra bernama Tumassalangga Baraya.
Kerajaan kedua yang ada di Sulawesi adalah Bone. Kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh empat ratu dalam masa pemerintahan yang berbeda. Keempat ratu tersebut adalah Sultana Zainab Zakiyatud-din, I-Danraja Siti Nafisah Karaeng Langelo, We Maniratu Arung Data, dan Sri Sultana Fatima. Sayangnya dari keempat ratu tersebut tidak dapat dilacak tentang perjalanan cintanya.
Kerajaan terakhir di Sulawesi adalah Buton. Kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh Ratu Wa Kaa Kaa dan Ratu Bulawambona dalam masa pemerintahan yang berbeda. Dalam kisah cintanya tercatat, Ratu Wa Kaa Kaa menikah dengan Si Bhatara dari Majapahit. Dari pernikahannya dengan si Bhatara, Ratu Wa Kaa Kaa memiliki tujuh orang putri yakni Bulawambona, Patalombona, Patolasunda, Patolakamba, Wabetao, Wabetao, dan Paramasuni.