SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.
Untuk dapat memahami filsafat kepemimpinan Jawa, kita harus berbekalkan persepsi literer. Sebelum melangkah lebih jauh, seyogianya kita memahami terlebih dahulu perihal pengertian filsafat kepemimpinan Jawa baik secara harfiah maupun substansial. Hal ini sangat penting, agar bahasan tidak melenceng jauh dari bingkai-bingkai tematik yang ditentukan.
Bila ditilik dari ilmu linguistik, istilah "filsafat kepemimpinan Jawa" merupakan bentukan dari tiga kata benda, yakni: "filsafat", "kepemimpinan", dan "Jawa" yang menimbulkan pengertian baru. Untuk dapat menyimpulkan pengertian tentang "filsafat kepemimpinan Jawa", terlebih dahulu kita perlu menyingkap makna dari setiap kata benda tersebut.
Filsafat
DALAM bahasa Yunani atau Latin, filsafat diidentikkan dengan philosophia. Dalam bahasa Belanda, Jerman, atau Perancis; filsafat diidentikkan dengan philosophic. Sedangkan dalam bahasa Inggris, filsafat diidentikkan dengan philosophy.
Berkaitan dengan pengertian filsafat, para filsul telah memberikan batasan yang berbeda baik menurut segi etimologis maupun terminologis. Menurut segi etimologis, filsafat atau philosophia yang terdiri dari kata philien (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dapat dimaknai dengan cinta kebijaksanaan. Sementara menurut segi terminologis, filsafat memiliki pengertian yang sangat beragam. Dengan kata lain, setiap filsuf memiliki pandangan yang berbeda terhadap pengertian filsafat. Berikut adalah pandangan dari para filsuf tentang filsafat:
Berpijak pada seluruh pengertian terminologis mengenai filsafat di atas kiranya dapat disimpulkan, bahwa filsafat dapat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang menyelidiki serta memikirkan segala hal secara mendalam, penuh kesungguhan, serta radikal; hingga segala hal yang diselidiki atau dipikirkan mencapai pada esensi atau hakikatnya.
Kepemimpinan
TERDAPAT beberapa nama tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian kepemimpinan. Menurut Swansburg (1995), kepemimpinan merupakan proses untuk memengaruhi aktivitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya mencapai penetapan dan pencapaian tujuan.
Pandangan Swansburg tentang kepemimpinan di muka kiranya tidak bertentangan dengan pandangan George Terry (1986), serta Sullivan dan Decker (1989). Menurut Terry, kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela di dalam mencapai tujuan kelompok. Sementara Sullivan dan Decker menyebutkan, kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang di dalam memengaruhi orang lain untuk melaksanakan suatu tindakan dengan sebaik-baiknya selaras dengan kemampuannya.
Berdasarkan definisi kepemimpinan yang disampaikan Swansburg, George Terry, serta Sullivan dan Decker di muka, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan ditangkap sebagai proses interaksi dinamis antara pimpinan dan bawahan di dalam suatu kelompok untuk merealisasikan suatu tujuan yang sama. Tujuan kolektif yang dicita-citakan oleh kelompok tersebut.