Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengubah "SOTR" dari Penimbul Resah Menjadi Penebar Berkah

4 Juni 2018   20:43 Diperbarui: 4 Juni 2018   20:54 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CENDERUNG dipahami, seseorang belajar hanya kepada manusia berpredikat guru. Pemahaman ini tidak sepenuhnya tepat. Mengingat seorang dapat belajar kepada binatang, tumbuhan, atau alam. Misal, seorang ingin meraih sukses harus berguru pada rajawali yang selalu terbang lebih tinggi bila diterjang badai.

Seorang ingin menjadi dermawan harus berguru pada pohon buah yang selalu berderma pada musimnya tanpa mengharapkan imbalan. Seorang ingin menjadi kiai (ustadz) harus belajar pada matahari yang memberi petunjuk mulia kepada seluruh santrinya tanpa meminta upah sepeser pun.

Seorang juga bisa belajar pada waktu madya ratri (tengah malam) di desa atau pegunungan. Di mana, koor serangga atau akapela katak di musim hujan membangun suasana damai. Suasana madya ratri ini yang seyogianya diciptakan selama bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah yang semustinya diwarnai dengan praktik nyata di dalam menjalin hubungan horisontal dan transendental.

Bukan diharubirukan dengan petasan, gedhumbyengan, atau raungan aau klakson motor dari sekelompok remaja yang tengah melakukan SOTR (Sahur on the Road). Suatu tradisi dadakan yang mulai merebak di kota-kota besar.

SOTR antara Pro dan Kontra

PADA beberapa wilayah di Indonesia, bulan suci Ramadhan sering diwarnai dengan aneka tradisi dadakan, misal: membakar petasan, buka bersama, gugah-gugah (membangunkan orang untuk bersantap sahur), atau SOTR. Dikatakan dadakan, karena tradisi-tradisi itu tidak pernah ada pada bulan-bulan biasa.

Berbeda dengan tradisi-tradisi dadakan lainnya, SOTR yang marak dilakukan para remaja di kota besar itu mulai disorot dan diwacanakan oleh berbagai pihak. Dari pewacaan itu kemudian menimbulkan pro dan kontra. Bagi mereka yang pro, SOTR merupakan hak azasi setiap warga, karenanya boleh dilakukan.

Bagi mereka yang kontra, SOTR yang diwarnai dengan tawuran antar anggota gang atau penganiayaan pada seorang warga sebagaimana diberitakan tribunnews.com (Senin, 4 Juni 2018) seyogianya tidak musti dilakukan.

Dari dua pendapat (tesis dan antitesis) yang bertentangan di muka niscaya memunculkan pendapat baru (sintesis). Menurut hemat penulis, SOTR bebas dilakukan oleh setiap warga karena mereka memiliki hak azasi. Namun kebebasan itu harus memberi kemerdekaan pada orang lain. Artinya, hak azasi peserta SOTR tidak melanggar hak azasi orang lain yang mendambakan kenyamanan istrirahat hingga datang fajar.

Bila peserta SOTR menerapkan prinsip bebas namun memberikan kemerdekaan pada orang lain niscara tradisi dadakan itu tidak menimbukan keresahan. Selain peserta juga turut mengondisikan agar bulan suci Ramadhan memberikan berkah pada semua umat, serta menjaga citra Islam sebagai agama yang menebarkan cinta-kasih dan kedamaian di muka bumi.

Tindakan Konkret Pihak-Pihak Terkait 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun