Selain saya, Antologi Puisi "Pelangi" yang terbit pada tahun 1988 itu melibatkan enam penyair muda, yakni: Dwi Atmi Rini Djayanti, Hananto Kusumo, Hotmida Rosmawati Malaow, Petrus J. Prihanto, Singgih S. Sumaryadi, dan Tatang Yudiatmoko. Berdasarkan sejarah awal saya dalam bidang penciptaan puisi ini, maka tidak salah kalau ada seorang yang mengatakan bahwa kepenyairan saya berawal dari radio.
Puisi Koran
Seorang mengatakan bahwa pengalaman terindah bagi setiap penulis karya sastra saat pertama kali karyanya dimuat di media massa cetak (koran). Ada benarnya perkataan itu. Mengingat sewaktu puisi-puisi saya dimuat pertama kali di harian Masa Kini (1988), hati saya berbunga-bunga. Merasa usaha saya untuk terus menulis puisi dan mengirimkannya ke koran-koran selama sekian tahun tidak menjadi sia-sia.
Sungguh! Saya rasakan waktu itu, dunia sastra koran mulai membuka pintunya bagi kedatangan saya yang sekian lama berhelat di dunia sastra radio. Mengingat sejak salah satu media massa (Masakini) memuat puisi-puisi saya, media massa lainnya semisal Berita Nasional (Bernas) kemudian memuatnya. Entah mengapa bisa begitu? Ini adalah misteri yang belum bisa saya pahami sampai sekarang. Berikut salah satu puisi yang saya kirim ke harian Berita Nasional pada tahun 1997 dan baru dimuat pada tahun 1988:
SAJAK LELAKI TUA
Â
Duduklah lelaki tua
dan berkata:
Â
"Sudah kuangkat tangan kanan
hingga menyentuh ketiak langit