GERRIMIS yang berujung hujan lebat itu telah mereda. Belum tuntas langit sore menghamparkan kemegahannya, matahari keburu bersemayam ke sarang malam. Senja turun dengan bulan sepotong tergores seleret awan tipis mengambang di pusar langit.Â
Dengan disertai sekompi pasukan, Soedirman yang penyakit batuknya tengah kambuh itu menaiki tandu beroda empat manusia. Meninggalkan Perkampungan Bintaran Wetan. Menyusuri jalan-jalan perkampungan yang tak terjangkau mata Belanda. Melangkah ke arah selatan.Â
Selepas menyeberangi Sungai Opak yang berarus deras, Soedirman bersama pasukannya telah menginjakkan kakinya di kawasan Parangtritis. Manakala sepotong bulan telah terbenam, Soedirman memerintahkan pasukannya untuk menghentikan langkah.Â
"Saudara-saudaraku sebangsa seperjuangan! Perjalanan gerilya baru saja kita mulai. Perjalanan untuk membela keadilan. Kita adalah bangsa terhormat, yang tak ingin mati di atas cabang kemunafikan." Soedirman terbatuk-batuk. "Mulai detik ini, jangan panggil aku Soedirman! Panggil saja, Pak De!".
Samudra selatan menggedeburkan gelombang. Seluruh anggota pasukan menoleh ke arah selatan. Tubuh mereka tergetar, manakala kedua matanya menangkap seleret cahaya hijau. Memancar terang dari atas hamparan laut ke arah tandu. Dalam diam, mereka berbisik pada dirinya sendiri: "Kanjeng Ratu Kidul telah membantu perjuangan Pak De!"
Suwondo melangkah setengah berlari ke arah Soedirman yang kembali terbatuk-batuk di depan tandu sambil memegang erat dadanya. "Sebaiknya Pak De segera memasuki tandu. Udara malam sangat dingin. Kurang baik untuk kesehatan Pak De."
"Ya, dok. Terima kasih." Soedirman mengusap-usap dadanya yang terasa perih. Menyapukan pandangannya ke seluruh anggota pasukan yang tampak samar-samar. "Kalian boleh istirahat. Sebelum matahari terbit dari balik bukit timur, kalian harus sudah terbangun. Kita lanjutkan perjalanan."
"Siap, Pak De."
Soedirman membalikkan tubuhnya. Melangkah perlahan memasuki tandunya. Ketika Soedirman telah menurunkan kain penutup tandu, seluruh anggota pasukannya duduk satu per satu. Merebahkan tubuhnya di hamparan pasir. Melepaskan lelah sesudah menempuh sekian pal perjalanan.
***Â