Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Air Mata Kuda Sembrani

20 Maret 2018   12:09 Diperbarui: 20 Maret 2018   12:20 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: webneel.com

LANGIT Pajajaran gelap gulita. Prabu Banyak Blabur berduka. Wabah penyakit yang melanda di negerinya tidak kunjung reda.

Setiap hari, Prabu Banyak Blabur tidak merasakan lezatnya makanan. Setiap malam, ia tidak dapat memejamkan mata. Pikirannya tercurah pada wabah penyakit yang menjangkit ke tubuh rakyat dan putrinya. Namun berkat doanya, ia mendapat petunjuk Tuhan melalui seorang ahli nujum, Ki Charak.

"Ampun, Paduka." Ki Charak menghaturkan sembah. "Menurut hamba, wabah penyakit hanya dapat dibasmi dengan air mata kuda sembrani."

"Aneh!" Prabu Banyak Blabur sejenak berpikir. "Apakah di dunia ini, ada air mata kuda sembrani?"

"Ada, Paduka. Ratu Sri Wulan. Putri mendiang Prabu Pulebahas dari Nusatembini itu yang memilikinya."

"Kita harus mendapatkan air mata kuda sembrani itu."

"Harus, Paduka. Kalau Paduka tidak ingin melihat kesengsaraan rakyat Pajajaran. Tidak ingin menyaksikan penderitaan putri Paduka."

Prabu Banyak Blabur mengerling Tilandanu. "Patih...."

"Hamba, Paduka."

"Tak seorang pun yang aku percaya untuk mendapatkan air mata kuda sembrani selain dirimu. Karena Nusatembini bukan sembarang kerajaan, perjalananmu ke sana tidak seorang diri. Rayi Adipati Gobog, Rayi Adipati Sendang, dan seribu prajurit berkuda aku perbantukan padamu. Aku pun akan membekalimu sekantong kepeng emas."

"Terima kasih. Mengingat rakyat dan putri Paduka harus segera mendapat pertolongan, hamba mohon pamit. Melaksanakan tugas yang Paduka sampirkan ke pundak hamba."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun