Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Dendam Arjuna Bag. I (Lanjutan Kisah Ranjaban Abimanyu)

18 Maret 2018   18:08 Diperbarui: 18 Maret 2018   18:17 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kisahspiritualtaklekangzaman.files.wordpress.com/2017/11/buku-bhagavatam-arjuna-dhananjaya-gudakesa-partha.jpg

FAJAR menyingsing. Di kaki langit timur, matahari serupa wajah dewa yang pasi. Bentangan langit pagi itu serupa kanvas kelabu. Udara terasa dingin bagi tubuh, sekalipun matahari memancarkan cahayanya. Pepohonan masih merunduk dalam gigil dengan daun-daun yang masih basah embun. Bunga-bunga di tamansari Tanjunganom berguguran sekalipun baru saja mekar.

Tak sebagaimana Siti Sendari yang tampak murung sesudah mendapat firasat buruk dari seekor gagak yang berkaok-kaok di atap kedaton Tanjunganom pada kemarin malam, kedua batur -- Nyi Lambangsari dan Nyi Randanunut tetap ceria pagi itu. Sembari membersihkan tamansari, Nyi Lambangsari menyanyikan lagu dangdut yang sedang ngehit. Nyi Randanunut hanya menggoyang-goyangkan bokong-nya selama tembang itu dilantunkan.

Selagi lagu belum usai dinyanyikan oleh Nyi Lambangsari, muncullah Gareng beserta Bagong di depan pintu gerbang tamansari Tanjunganom. Melihat kedatangan Gareng -- punakawan kesayangan Abimanyu, Nyi Lambangsari menyambutnya dengan hangat. Sehangat ketika Lambangsari menyambut suaminya sewaktu pulang kerja. Dari cara penyambutan itu, Nyi Randanunut semakin tahu bahwa Nyi Lambangsari menaruh hubungan asmara back street dengan Gareng. Sekalipun begitu, Nyi Randanunut tetap tutup mulut. Sebab Nyi Randanunut sendiri yang menjanda tujuh tahun sesudah suaminya menikah dengan ledhek pula menaruh hubungan gelap dengan Bagong. Abdi Pandawa yang hidupnya megap-megap, namun masih mampu menghidupi tiga isteri delapanbelas anak.

"Memangnya ada apa Kang Gareng datang ke Tanjunganom sepagi ini?" tanya Nyi Lambangsari sembari memegang erat tangan Gareng yang cekot. "Apakah ada sesuatu yang ingin diberikan padaku?"

"Ehm...." Gareng sejenak terdiam. Tak lama kemudian, Gareng membisikkan sederet kata ke telinga Nyi Lambangsari. "Kalau tak waktu malam aku datang ke Tanjunganom, berarti tak memberikan sesuatu padamu, darling!"

"Lantas?" Nyi Lambangsari sontak bertanya dengan nada lantang, hingga Bagong dan Nyi Randanunut cekikikan bersama. "Kalau kau tak memberikan sesuatu padaku, apa tujuan Kang Gareng datang ke Tanjunganom?"

"Kedatanganku dengan Bagong di Tanjunganom ingin menghadap Gusti Putri Siti Sendari. Karenanya, antarkan aku untuk menghadap Gusti Putri."

"Sekarang?"

"Ya, sekarang. Masak tahun depan."

"Jangan marah, Kang! Masak digituin marah."

"Sudah! Sudah! Jangan bergurau!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun