Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deparpolisasi Wisanggeni

18 Maret 2018   01:15 Diperbarui: 18 Maret 2018   01:51 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wayangku.id

Banyak pimpinan partai elite di Negeri Amarta mencak-mencak, ketika Wisanggeni mendeklarasikan sebagai calon gubernur Dresilageni melalui jalur independen. Sampai-sampai Trustajumena yang merupakan orang terdekat Srikandi, pimpinan partai berlambang Kuda Putih, menuduh Wisanggeni melakukan deparpolisasi. Istilah baru untuk pengertian 'usaha peniadaan peran partai politik'. Bukan pengertian 'pengurangan jumlah partai politik', sebagaimana tertulis dalam KBBI.

Mendengar istilah deparpolisasi yang tak dipahami arti sebenarnya oleh Trustajumena, Wisanggeni tertawa ngakak. Dalam hati, Wisanggeni membatin, "Kalau ada seribu Trustajumena menjadi anggota setiap partai elite, hancurlah negeri ini. Bukan lantaran serangan musuh dari Hastinapura, Pasetran Gandamayit, atau negeri seberang; namun karena ketololan orang-orang partai."

Apa yang dipikirkan Wisanggeni, terpikirkan pula oleh Kawan Wisanggeni -- Bawor, Gareng, dan Petruk. Sekawanan warga biasa yang tak lagi mempercayai orang-orang partai yang mengaku sebagai wakil rakyat Amarta; namun gagal paham istilah, tolol, omdo, korup, dan suka tidur waktu sidang.

Karena tak lagi percaya dengan peran partai, Bawor, Gareng, dan Petruk mendukung Wisanggeni untuk mencalonkan sebagai gubernur melalui jalur independen. Siang-malam, mereka bekerja keras. Mengumpulkan sejuta KTP warga Dresilageni yang masih bisa berpikir sehat.

 Dengan bantuan Kiai Semar; Bawor, Gareng, dan Petruk mampu mengumpulkan KTP warga Dresilageni dengan jumlah sangat fantastis -- 1.243.678 lembar -- hanya dalam waktu 2,5 bulan. Melihat kenyataan di lapangan, dua partai pro pemerintahan Yudistira yang semula menentang deparpolisasi Wisanggeni berubah mendukungnya tanpa syarat. Sungguhpun begitu, kedua partai itu tidak bodoh. Karena saat pemilihan wakil rakyat Amarta mendatang, mereka akan mendapat simpatik dari warga.

***

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Semakin hari, popularitas Wisanggeni semakin membumbung. Lantaran suara akar rumput semakin mengelu-elukan Wisanggeni, partai pro pemerintahan Yudistira lainnya yang semula menjagokan Prabakusuma sebagai calon gubernur Dresilageni berangsur-angsur melirik Wisanggeni. Sontak Prabakusuma yang berprofesi sebagai artis itu mengumpat kebijakan partai pengusungnya melalui akun twitter-nya, "Partai plin-plan. Pagi tempe, sore kedelai!"

Membaca tweet Prabakusuma, Nakula sang pemimpin partai yang semula menjagokan Prabakusuma sebagaia calon gubernur Dresilageni hanya tersenyum dingin. Memberikan tanggapan pada Prabakusuma bukan melalui akun twitter-nya, melainkan lewat para wartawan televisi, koran, dan medsos. "Politik itu tak ada bedanya dengan berdagang. Masak kami harus membeli dan menjual barang dagangan yang kurang diminati pembeli?  Tekor, dong. Ha..., ha..., ha...."

Merasa dianggap barang dagangan, Prabakusuma yang baru saja mendengar komentar Nakula lewat breaking news dari salah satu televisi itu tersinggung berat. Dengan menggunakan jurus babi buta, Prabakusuma berkicau miring pada Nakula dan partai yang dipimpinnya melalui akun twitter-nya. Hati Prabakusuma kian sakit. Ketika banyak netizen menanggapi kicauan miring Prabakusuma itu disamakan dengan bualan seorang pengigau besar. "Bagaimana mungkin seorang mampu memimpin warga Dresilageni, kalau memimpin keluarganya sendiri tak pecus."

***

Pada H-15 Pemilukada di Dresilageni, jumlah pendukung Wisanggeni semakin tak tersaingi. Menurut survei, warga Dresilageni yang akan memilih Wisanggeni sebagai gubernur mencapai 72%. Hasil survei itulah yang membuat Srikandi pusing 1001 keliling. Karena meragukan suara warga yang bakal diberikan pada Larasati jagonya tak mampu melampaui suara untuk Wisanggeni, Srikandi meminta bantuan Nyai Durga. Kepada ratu bekasakan Pasetran Gandamayit itu, Srikandi meminta agar mengirim tenung pada Wisanggeni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun