Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan di Dalam Akuarium

13 Maret 2018   22:42 Diperbarui: 13 Maret 2018   22:47 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pasberita.com

Semasih hidup, Kakek Jafar suka memelihara ikan-ikan di akuairum. Dari ikan-ikan seukuran ibu jari tangan hingga ibu jari kaki menjadi warga dunia kaca. Sepulang meladang di penghujung sore, ia selalu duduk di ruang tamu. Menyaksikan ikan-ikannya di akuarium. Tersenyum ketika seekor ikan mencari-cari ikan lain yang sembunyi di balik batu. Bersedih ketika salah satu ikannya sakit hingga mati terapung.

Kesedihan Kakek Jafar memuncak ketika seluruh ikannya yang seminggu tak dikasih makan lantaran menjenguk cucunya di kota itu mati di akuarium. Seminggu sesudah menguburkan seluruh ikannya di samping rumah, ia mulai sakit-sakitan. Belum sempat Nenek Syarifah membawa Kakek Jafar ke Puskesmas, suaminya itu meninggal.

Sepeninggal Kakek Jafar, Nenek Syarifah kesepian. Tak ada teman yang diajak ngobrol. Anak, menantu, dan cucu-cucunya yang hidup di kota tak pernah menjenguknya. Tetangga-tetangganya tinggal sangat jauh dari rumahnya yang terpencil di tepi ladang. Tak ada radio. Tak ada televisi.

Nenek Syarifah merindukan kawan di rumahnya. Membeli ikan-ikan hias sewaktu pergi ke pasar. Memasukkan ikan-ikan itu ke dalam akuarium warisan Kakek Jafar. Meletakkan akuarium itu di sudut ruang tamu. Sejak itu, ia merasa memiliki kawan untuk mencairkan beban yang membeku di kepala.

Pagi sebelum meladang, Nenek Syarifah memberi makan ikan-ikannya. Sepulang meladang, ia duduk di ruang tamu. Bercengkerama dengan ikan-ikannya. Mengetuk-ngetukkan ujung telunjuknya dari satu sisi ke sisi akuarium lainnya. Betapa girang, ketika ikan-ikan itu memburu jari-jarinya.

Hari itu, Nenek Syarifah yang semula membenci ikan-ikan hingga sering ngomel ketika Kakek Jafar memboroskan waktu di ruang tamu itu merasa bersalah. Sontak ia teringat pada mendiang suaminya yang selalu mengatakan, "Betapapun tak memberi keuntungan uang, ikan-ikan itu membuatku bahagia. Kebahagiaan itu sama halnya Tuhan. Tak ternilai harganya?"

***

Suatu malam ketika Nenek Syarifah bercengkerama dengan ikan-ikannya di akuarium, pintu rumahnya diketuk. Ia heran. Karena selama bertahun-tahun, tak seorang pun datang ke rumahnya. Ia berpikir kalau yang datang bukan manusia. Barangkali hantu atau malaikat yang akan mencabut nyawanya.

Nenek Syarifah beranjak dari kursi. Berjalan bersijingkat ke pintu. Ketika pintu dibukanya, ia melihat seorang pria muda. "Siapakah kamu, Nak? Kenapa datang ke rumahku malam-malam begini?"

"Mencari Tuhan."

Nenek Syarifah terdiam. Dalam hati, ia menduga kalau pria muda itu tengah dirundung kesepian yang berujung pergolakan jiwa. Kegelisahan yang menjadikannya seperti angin. Mencari ruang untuk mengendapkan jiwanya. "Apakah di rumahku, Tuhan akan kamu temukan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun