Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Wanita versi Sosok di Balik "Pengakuan Pariyem"

26 Februari 2018   01:47 Diperbarui: 26 Februari 2018   02:41 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah tragis pelacur Maria Magdalena yang niscaya mendpatkan perlakuan tidak manusiawi dari masyarakat tersebut telah diabadikan Linus ke dalam MARIA DARI MAGDALA (1) bait pertama -- kedua: //Saya, Maria Magdalena/lonthe//Yang dilaknat oleh Hukum Taurat/yang dihina orang-orang Saduki/yang digusur orang-orang Farisi/yang dikeloni oleh kaum pendosa/tapi tidak berdusta// -- (1985).

Sekalipun di dalam lumpur, emas tetap emas. Predikat pelacur hanya pakaian jasmaniah yang disandang Maria Magdalena. Namun hatinya yang bak emas murni tersebut telah dipenuhi gairah cinta ke-Illahi-an. Cintanya pada Yesus sang pembawa pelita kebenaran di dunia yang diliputi awan pekat tersebut sebagaimana cintanya pada Tuhan. Betapa wajar apabila Linus menggaris-bawahi kebenaran bahwa pelacur yang menyaksikan kebangkitan Yesus tersebut layak mendapatkan pencerahan Tuhan. Lebih jauh tilik puisi MARIA DARI MAGDALA (5) sebagai berikut: //Bunda berpulang/tidaklah sayang /ia sudah anggap/aku putrinya seorang//Murid-muridmu/jeblog nasibnya /hidup diburu-buru/oleh kaum penguasa Roma//Tapi padaku/ada pencerahan/daya hidup/yang menakjubkan!//Terkirim lilin/salam takzim/kepada Bapak/yang Maha Rahim/Biarpun kini/aku sendirian/dan Kau balik/ke alam kemoksan// -- (1985).

Ibu di Desa, Sosok Wanita Berjiwa Ugahari

Kadisobo merupakan desa di wilayah Sleman bagian utara yang masih sejuk dengan udara Merapi tersebut Linus Suryadi dilahirkan, dibesarkan, diasuh, dan tinggal bersama seorang ibu. Dengan demikian, Linus sangat mengenal keugaharian kepribadian ibunya sebagai perempuan desa. 

Perempuan yang memiliki kewajiban untuk belanja di pasar, memasak di dapur buat suami dan anak-anaknya, dan membantu suaminya bertani di sawah tanpa pamrih. Ia pula aktif mengikuti berbagai aktivitas sosial bersama anggota ma-syarakat di desanya, dan akrab dengan budaya warisan leluhurnya.

bekas3.rssing.com
bekas3.rssing.com
Kedekatan Linus dengan ibunya telah dilukiskan transparan melalui puisi IBU DI DESA yang saya kutip lengkap sebagai berikut: 

//Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa/Ia tak bisa ngomong aktif Indonesia. Tapi pasif saja/Tapi budi bahasa Jawa Ngoko dan Krama, jangan Tanya/Ia suka mengaliri sawah seperti juga hidupnya//.

//Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa/Ia tak pernah lupa kehilangan seorang anaknya/Ia selalu ingat hari lahir dan hari kematiannya/Tapi, ia selalu lupa besar tebusan bagi hidupnya//.

//Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa /Ia suka cerita ganas dan rakusnya si Cebol Kepalang/Sebelum 17 Agustus 1945. Harta digarongnya pulang/Ia berjarik dan baju goni dan bagor. Kutunya banyak pula//.

//Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa/Ia suka berkeluh kesah soal harga panenenannya/Untuk gabah dan palawija. Untuk upacara desa/Tak seimbang dengan ongkos sakit dan sekolah anaknya di kota//.

//Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa/Ia butuh sandang pangan dan papan secukupnya/Ia butuh kondangan bagi sanak kadangnya/Dan asesori lumrah pacakan dalam pergaulan di desa//.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun